Jika gadget kalian rusak, biasanya kalian apakan? Jangan dibuang sembarangan, ya, Kids! Karena dampaknya akan sangat berbahaya! Mengapa demikian?

Barang-barang elektronik seperti baterai, gadget, komputer, laptop, kipas angin, kulkas, dan peralatan elektronik lainnya, jika sudah rusak dan dibuang, juga menjadi sampah, Kids. Namanya sampah elektronik atau bahasa kerennya e-waste.

Tahukah, Kids, kalau sampah elektronik tersebut bisa menimbulkan dampak kesehatan yang sangat berbahaya, baik bagi lingkungan maupun makhluk hidup lainnya. Sampah elektronik lebih berbahaya dari sampah lainnya karena mengandung logam berat seperti timah, krom, besi, timbal, perak, merkuri, kadmium, sulfur, dan tembaga yang kesemuanya termasuk dalam bahan berbahaya beracun (B3).

Selain dapat mencemari lingkungan, logam berat yang masuk ke dalam tubuh manusia bisa menyebabkan berbagai penyakit. Sebut saja rusaknya sistem syaraf, tidak lancar (tersumbatnya) peredaran darah, gangguan ginjal, alergi, cacat bawaan, dan terhambatnya perkembangan pada anak-anak (data dari Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization). Waaah, seram juga, ya, Kids?

Melihat kenyataan tersebut, seorang anak bernama Rafa Jafar atau RJ (dibaca Ar-Je), siswa kelas X SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah, tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu hal. Kepedulian tersebut ternyata sudah dimiliki RJ sejak ia berusia 11 tahun. Kala itu, RJ yang masih duduk di bangku kelas 5 SD Cikal Jakarta, mendapat tugas akhir membuat sebuah karya tulis bertema “Dampak Penggunaan Gadget secara Berlebihan”.

“Sebagai pengguna gadget, saat itu aku penasaran, dikemanain sih gadget-gadget tersebut kalau sudah rusak?” pikir anak kelahiran Jakarta, 7 Februari 2003 ini. RJ pun memutuskan untuk membuat sebuah karya tulis tentang sampah elektronik, dampak serta solusinya. Karya tulis itu pun kemudian menjadi sebuah buku berjudul “E-Waste (Sampah Elektronik)” yang terbit di tahun 2015.

Sejak itu, bisa dibilang RJ menjadi seorang aktivis lingkungan hidup yang getol mengampanyekan tentang kepedulian terhadap sampah elektronik. Tak hanya bicara, ia juga melakukan aksi nyata dengan menaruh kotak sampah elektronik di berbagai tempat. Setelah terkumpul, sampah elektronik tersebut kemudian ia serahkan kepada perusahaan yang bisa mendaur ulangnya menjadi barang-barang yang berguna.

Rafa Jafar (RJ) yang akrab disapa Ar-Je

Hingga di usianya yang 15 tahun saat ini, perhatian RJ terhadap sampah elektronik semakin besar. Terbukti lewat diluncurkannya buku kedua berjudul “Sampah Baterai” pada Juni 2018. RJ berharap langkahnya ini bisa menginspirasi anak-anak muda lainnya. Sebagai langkah awal untuk mengurangi sampah elektronik, RJ menyarankan agar kita jangan terlalu banyak memiliki gadget. “Cukup satu saja, dan gunakan selama-lamanya sampai benar-benar tidak bisa diperbaiki lagi,” ucapnya.

“Saya sangat mengapresiasi ide RJ membuat gerakan membuang sampah elektronik ini dan membuat buku yang bisa mengedukasi anak-anak lainnya,” dukung Ibu Tuti Hendrawati, Tenaga Ahli Menteri Bidang Kebijakan Pengelolaan Sampah, Limbah B3, dan B3. “Saya senang dan bangga RJ bisa membuat buku ini yang juga dilengkapi dengan survey publik tentang limbah baterai dan ide Batt-Man yang memenangkan kompetisi internasional di Korea Selatan,” tambah Ibu Yuyun Ismawati Dwirega, Senior Advisor BaliFokus/Nexus3 Foundation. “Dibuatnya buku ini semata-mata karena RJ ingin memotivasi anak-anak muda lainnya untuk berkarya dan berkontribusi pada negara dengan gerakan sederhana,” tandas sang Bunda, Ibu Farahdibha Tenrilemba.

Yuk, Kids, mulai peduli pada sampah elektronik dan jangan membuangnya sembarangan! (Novi)

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

1 Comment

  1. kren banget
    inilah yang namanya kreatif

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *