JAKARTA, majalahjustforkids.com – Meski jarang dialami anak-anak, namun kanker paru harus tetap diwaspadai karena biasanya baru terdiagnosis setelah 10 tahun.

Dikatakan Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K) – Pengurus Pusat Yayasan Kanker Indonesia dan Bekerja di Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI – RSUP Persahabatan, usia termuda ditemukan kanker paru adalah 13 tahun.

Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K) – Pengurus Pusat Yayasan Kanker Indonesia dan Bekerja di Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI – RSUP Persahabatan

“Penyebabnya, anak tersebut menjadi perokok pasif dimana dia tidak merokok, tapi terpapar asap rokok dari sekitarnya atau dari asap rokok yang menempel pada permukaan-permukaan,” sebut dr. Elisna.

Oleh karena itu, dalam rangka peringatan Bulan Kesadaran Kanker Paru 2022, PT. Takeda Indonesia berkolaborasi dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mengadakan webinar media bertajuk “Pentingnya Diagnosis yang Tepat untuk Kanker Paru” guna meningkatkan kesadaran mengenai diagnosis Kanker Paru di Indonesia.

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan, “Kanker paru adalah jenis kanker yang angka kejadiannya paling tinggi pada laki-laki di Indonesia dengan 95% kanker paru akibat lingkungan serta gaya hidup, dan kebiasaan merokok, dalam hal ini Indonesia menempati posisi nomor satu dalam jumlah perokok laki-laki dewasa di dunia, serta polusi sekitar yang tinggi.”

Lebih lanjut Prof. Aru menyampaikan, “Gejala pada kanker paru seringkali tidak nampak pada stadium awal, ini berakibat dimana data saat ini menunjukkan bahwa 60% pasien kanker paru datang dalam stadium lanjut, sebab kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit umum lainnya seperti TBC, dengan demikian penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor risiko, gejala, dan perawatan yang tersedia termasuk modalitas diagnosis kanker paru sehingga kanker paru dapat diobati dengan tepat.”

Andreas Gutknecht, General Manager of PT Takeda Indonesia

Mr. Andreas Gutknecht, General Manager of PT Takeda Indonesia mengatakan, “Takeda berkomitmen untuk menerjemahkan sains ke dalam pengobatan yang dapat mengubah kehidupan menjadi lebih baik. Kami berfokus pada berbagai penyakit dengan kebutuhan medis tak terpenuhi paling tinggi dan masalah terbesar dalam kesehatan masyarakat, kanker paru tentunya adalah salah satu dari penyakit tersebut. Dengan demikian, diagnosis dini dan tepat pada kanker paru menjadi titik kritis dalam keberhasilan pengobatan pasien. Oleh karena itu, kami bersyukur dapat bekerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia untuk meningkatkan kesadaran terkait kanker paru secara berkelanjutan di Indonesia.”

dr. Elisna menambahkan, “Berdasarkan data Globocan 2020, di Indonesia terlihat masalah kanker paru ada dua poin penting yaitu jumlah kasus paru yang terus meningkat dan hanya dapat diatasi dengan melakukan pencegahan atau pengendalian faktor risiko kanker paru. Masalah kedua masih buruknya prognosis dibanding kanker lain yaitu dengan pendeknya angka harapan hidup akibat sebagian besar penyakit ditemukan pada stadium lanjut. Maka usaha skirining atau deteksi dini akan secara langsung memperpanjang harapan hidup. Namun kabar baiknya, pasien kanker paru stadium lanjut yang mendapat pengobatan spesifik berdasarkan karakteristik kelainan molecular, menunjukkan hasil yang baik.”

Gejala Kanker Paru

dr. Elisna memaparkan, perlu mewaspadai orang yang memiliki faktor risiko dan mempunyai gejala-gejala respirasi meski sulit membedakan dengan penyakit paru lainnya.

“Gejala yang timbul pada pasien kanker paru, diantaranya batuk yang persisten, darah pada mukus/lendir, bernapas pendek, nyeri di area dada, kelelahan yang berlebihan, penurunan bobot badan, dan penurunan nafsu makan. Faktor risiko yang berpotensi menyebabkan kanker paru yang paling utama adalah merokok. Selain itu kontak dengan zat-zat karsinogenik (Radon, Arsen, Asbestos), keluarga yang memiliki riwayat kanker paru, dan riwayat penyakit paru kronik lainnya. Melakukan skrining atau deteksi dini pada kelompok berisiko tinggi adalah upaya yang paling baik yang harus dilakukan untuk meningkatkan angka tahan hidup penderita kanker paru,” papar dr. Elisna.

Beliau menekankan bahwa pemeriksaan kanker paru sangatlah penting untuk memahami kanker yang dialami pasien secara spesifik.

“Dengan demikian, pasien dapat memperoleh pengobatan dengan hasil yang optimal dan bertahan hidup lebih lama,” tutup dr. Elisna.

Foto: Ist, Novi

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *