Teeett…! Bel pulang sekolah berbunyi. Anak-anak SD Harapan Bangsa bergegas mengemasi peralatan sekolah mereka dari atas meja. Termasuk siswa kelas 5. Namun, sebelum pulang, ibu guru memberikan sebuah pengumuman penting.
“Anak-anak, seminggu lagi kalian akan menghadapi ulangan kenaikan kelas. Jadi, Ibu Guru harap kalian lebih giat belajar!” seru ibu guru. “Baik, Bu Guru…,” terdengar suara beberapa anak. Namun tidak demikian halnya dengan Vania, murid yang paling pintar di kelas itu. Dalam hatinya berkata, “Nggak belajar juga, aku pasti bisa kok!”
Di depan gerbang sekolah saat Vania akan pulang, tiba-tiba Indah teman baru Vania di kelas memanggilnya. “Vania…, tunggu!” seru Indah. “Ada apa, Indah?” tanya Vania seraya menoleh pada Indah. “Sebentar lagi kan kita akan menghadapi ulangan kenaikan kelas. Jadi, aku sama teman-teman yang lain, rencananya mau belajar bersama. Kamu mau ikutan nggak?” tanya Indah.
“Mmm… gimana ya?” pikir Vania. “Enggak deh! Belakangan ini aku lagi nggak mood belajar. Lagi pula, tanpa belajar pun aku pasti bisa kok. Menghadapi ulangan kenaikan kelas itu gampang kok!” jawab Vania dengan angkuhnya.
Sesampainya di rumah, Vania melempar sepatunya dengan seenaknya. Kemudian, tanpa mengganti baju seragam terlebih dahulu, ia langsung menyalakan TV. Lantas duduk di sofa yang berbentuk boneka besar di ruang TV tersebut.
Tiba-tiba, mama Vania datang dari arah dapur. “Vania, kenapa tidak ganti baju dulu?” tanya mamanya yang heran melihat kelakuan anak tunggalnya itu. Vania hanya menjawab dengan anggukan. Setelah bosan menonton TV, Vania masuk ke kamarnya.
Di kamar, Vania mulai jenuh. Dia pun memutuskan untuk berjalan-jalan ke rumah temannya yang tidak jauh dari rumahnya tersebut.
“Hai, Nindy!” sapa Vania sesampainya di rumah Nindy. “Hai…!” balas Nindy. Nindy tampak sedang belajar di teras depan rumahnya.
Vania bermaksud mengajak Nindy bermain, namun Nindy menolak. “Maaf ya, Van. Aku mau belajar untuk mempersiapkan ulangan kenaikan kelas yang ibu guru katakan tadi. Memangnya kamu nggak belajar?” tanya Nindy.
“Ah, kalau aku sih nggak perlu belajar! Aku kan murid paling pintar di kelas, siapa sih yang bisa nandingin aku?” ucap Vania. “Van, jadi orang itu nggak boleh takabur. Nanti kalau kamu dikalahin sama orang gimana?” ucap Nindy. “Ah, kamu itu ya! Kalau memang nggak mau main ya udah, jangan pakai acara ceramah segala!” omel Vania ketus.
Di rumah pun, Vania tidak pernah menyentuh buku. Yang ia lakukan hanya menonton, membaca komik, dan bermain. Karena mamanya tidak tahu tentang ulangan tersebut, mama pun tidak pernah menyuruh Vania belajar.
Hingga waktu ulangan kenaikan kelas pun tiba. Vania yang sama sekali tidak belajar, masih tenang-tenang saja. Di dalam hatinya hanya ada rasa PD (percaya diri) yang sangat besar. Semua anak termasuk Vania terlihat tenang mengerjakan soal-soal. Sedikit kesulitan ditemui Vania. Namun dalam benaknya berfikir, “Kalau aku nggak bisa, masa sih yang lain bisa?”
Begitu seterusnya. Ulangan kenaikan kelas kali ini, Vania lalui tanpa belajar. Sampai saatnya pembagian lembar ulangan. BURUK. Hanya itu yang bisa disimpulkan dari nilai-nilai yang didapat Vania. Ibu guru pun bingung dengan nilai yang didapat Vania. Indah si anak baru, justru mendapat nilai paling bagus.
Saat pembagian raport tiba. Vania terlihat lesu. Indah mendatanginya seraya berkata, “Kamu nggak apa-apa kan, Van?” Vania hanya menoleh melihat Indah kemudian kembali menunduk. Kini raport sudah ada di tangan masing-masing. Ada ragu di dalam hati Vania untuk membuka raportnya.
“Hufft…,” desah Vania setelah melihat hasil raportnya. Ternyata, ia mendapat peringkat ketiga. Indah menduduki peringkat pertama dan Nindy di peringkat dua.
Nindy menghampiri Vania. “Kamu sedih, ya?” sapanya karena melihat muka Vania yang sangat lesu. Vania hanya mengangguk.
“Jangan sedih, Vania. Masih ada waktu untuk memperbaikinya. Walau kita yakin bisa, tidak ada salahnya kita tetap belajar saat ulangan,” hibur Nindy.
Vania kembali menjawab dengan anggukan. Namun kali ini wajahnya mulai terlihat berseri. Dalam hati, Vania sadar. Ia menyesal dan berjanji pada dirinya sendiri, tidak akan takabur terhadap apa pun. Vania telah mendapat pelajaran dari semua kejadian itu. Dia pun tak pernah sombong lagi.
Cerita: JFK Ilustrasi: JFK