Menjadi orangtua bukanlah tugas mudah. Hal ini sudah dibuktikan sejak dahulu. Terlebih lagi dalam situasi pandemi yang berlangsung kurang lebih setahun ini, sebagian orangtua mengaku tugas tersebut menjadi berkali lipat lebih besar.
Coba Moms renungkan sejenak, apakah selama ini Moms pernah merasa lelah dan jenuh luar biasa, tak hanya secara fisik, namun juga mental? Pernahkah Moms terpikir untuk ‘kabur’ sejenak dari tugas sebagai orangtua? Atau, pernahkah Moms secara tidak sengaja melakukan kekerasan fisik – menjewer, memukul, mencubit – si kecil ketika Moms sedang capek berat? Jika, iya, bisa jadi Moms telah mengalami Parental Burnout, namun tidak menyadarinya.
Karakteristik Parental Burnout
“Parental Burnout adalah kondisi kelelahan yang sangat intens dalam menjalankan pengasuhan, sehingga membuat kita merasa jauh secara emosional dengan anak, dan meragukan kemampuan diri kita sendiri dalam menjalani peran sebagai orangtua,” ungkap Saskhya Aulia Prima, Psikolog Anak & Co-Founder TigaGenerasi dalam acara media gathering ‘Lazada Baby & Kids Festival” yang digelar oleh Lazada berkolaborasi dengan Babyologist, Selasa (9/3).
Selama pandemi, lanjutnya, permasalahan kesehatan mental “Parental Burnout” ini sering dialami oleh orangtua, terutama Ibu. istilah parental burnout sendiri masih belum familiar di telinga para Ibu. Namun, tanpa disadari, sebenarnya banyak dari para Ibu ini pernah atau sedang mengalami Parental Burnout, yang kadarnya saja mungkin berbeda dari satu dengan yang lainnya. Hal ini senada dengan survei yang dilakukan oleh Lazada dan Babyologist kepada lebih dari 400 Ibu di Indonesia. Sebanyak 78% mengatakan belum pernah mendengar istilah ‘parental burnout’. Hanya sebanyak 22% saja yang pernah mendengar istilah ini.
Baca juga: Perkuat Komitmen Teman Terbaik Ibu, Lazada Gelar Edukasi Parenting di Lazada Baby & Kids Festival
Lebih lanjut Saskhya mengatakan, ada beberapa faktor yang meningkatkan kejadian permasalahan mental selama pandemi, termasuk parental burnout. “Antara lain adanya penambahan serta perubahan tugas dan aktivitas sehari-hari, ketidakpastian mengenai kondisi dan situasi dunia, serta tingkat jenuh dan stres anak meningkat yang otomatis menambah beban pikiran orangtua,” katanya.

Seperti apa sih tanda-tanda seseorang itu alami parental burnout? Saskhya memaparkan 4 karakteristik utama, yakni:
– Kelelahan fisik dan mental dalam menjalani peran mengasuh anak
– Tidak lagi menemukan kesenangan atau kebahagiaan saat mengasuh anak
– Terus menerus merasa sebagai orangtua yang gagal dan tidak baik
– Menjauhkan diri secara emosional dari anak, seperti sangat membatasi waktu berinteraksi dengan anak
“Ciri paling gampangnya, orangtua jadi lebih sensitif, jadi lebih gampang marah. Kalau dulu melihat wajah anak itu bikin dia bahagia, tapi sekarang pengin menjauh dari anak. Bahkan terkadang merasa bahwa apapun yang dilakukan anak itu menjadi menyebalkan. Dia pengin bebas dari rutinitas menjadi orangtua.Atau, kalau ada hal-hal pengasuhan anak yang berjalan kurang baik, maka si ibu akan selalu menyalahkan dirinya sendiri, merasa gagal menjalankan perannya,” terang Psikolog cantik ini.
Lakukan BREAK
Agar permasalahan mental ini tak berlarut-larut, orangtua perlu mengelola emosinya. Saskhya memberikan tips mengatasi Parental Burnout dengan melakukan BREAK, yaitu:
– Be kind to yourself. Sadari bahwa Moms berharga. Perlakukan diri Moms dengan baik, misalnya dengan menyediakan waktu alone time atau me time dengan melakukan hal-hal yang Moms sukai, misalnya menonton drama Korea, bercocok tanam, dan sebagainya.
– Reunite with your friends. Berinteraksilah dengan teman-teman atau orang-orang terdekat yang memberikan dampak positif di sekitar Anda. Cobalah untuk rileks dan mencari topik-topik menarik yang membuat Moms semangat lagi. “Jangan ngomongin kerjaan terus, bincangkan hal-hal ringan misalnya tentang drama Korea, isu di sosmed yang menarik, dan lainnya,” ucap Saskhya.
– Explore fun & flow activities. Lakukan kegiatan baru yang bisa menyenangkan Moms. Misalnya, mengikuti kursus yang belum pernah Moms jalani sebelumnya. Hal ini akan membuat Moms antusias dan bersemangat
– Ask for help. Perkuatlah support system di sekitar Moms. Jangan ragu untuk meminta bantuan bila diperlukan kepada orang terdekat Anda, entah itu suami, mertua, pengasuh anak, teman, dan sebagainya. Sadari bahwa tak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini. Moms tak mesti melakukan segala sesuatunya sendiri.
– Keep your daily routine. Aturlah rutinitas harian Moms dengan baik dan lakukan. Misalnya, mengatur jadwal kapan Moms perlu me-time, kapan mendampingi anak belajar, kapan bekerja, dan sebagainya. Dengan begitu, Moms lebih bisa mengerjakan segala sesuatu dengan tidak terburu-buru yang bisa menambah beban pikiran. Cobalah melakukan semua hal tersebut dengan ikhlas dan menyenangkan.
Selain hal di atas, Saskhya juga menganjurkan agar Ibu menjaga gaya hidup mereka mereka dengan makan sehat dan berolahraga. “Perlu juga untuk latihan menyadari rasa emosi-emosi yang terjadi pada diri kita, mulai dari apa yang seringkali membuat kita reaktif,” tutupnya.
Nah, jika Moms ingin lebih tahu dan belajar lebih dalam lagi perihal problema dan kiat pengasuhan anak, Moms bisa mengikuti seminar edukasi parenting melalui Lazada Baby & Kids Festival. Agenda ini digelar Lazada bekerja sama dengan Babyologist yang berlangsung selama 3 hari, mulai 10 hingga 12 Maret 2021. Akan ada 10 topik menarik dan menghadirkan para ahli di bidangnya. So, don’t miss it, Moms!
Foto: Efa, Freepik