Selain keelokan alamnya, satu hal yang tidak boleh dilewatkan dari Suku Mentawai adalah tato ala Suku Mentawai. Kalau orang Jawa punya tradisi membatik di kain, maka orang Mentawai ‘membatik’ bagian-bagian dari lekuk tubuh.
Ternyata, tato tersebut bukanlah tato sembarangan. Konon, tato tradisional Suku Mentawai bisa memberikan kekuatan. Selain itu, sejak dahulu, tato juga berfungsi sebagai pengganti pakaian untuk menutup tubuh. Bahkan sejak usia anak-anak pun sudah banyak masyarakat yang menggambar tato di tubuh mereka.
Tato bagi sebagian masyarakat Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, bukanlah sekadar hiasan, melainkan sebuah simbol status seseorang. Biasanya, seorang tetua (orang yang dituakan) akan lebih banyak tatonya. Motifnya juga beda-beda, ada tato untuk penjaga hutan, pemburu, dan tokoh masyarakat. Tato masyarakat Mentawai, menurut pakar sejarah adalah tato tertua di dunia.
Hanya saja, sekarang sudah jarang masyarakat Mentawai yang membuat tato di tubuh mereka. Terutama untuk masyarakat yang menganut agama Islam dan anak-anak yang sudah sekolah.
Selain tato, Suku Mentawai juga percaya kalau setiap tempat dihuni oleh roh. Oleh karena itulah, mereka sangat menjaga lingkungannya. Meski terdengar misterius, kepercayaan Suku Mentawai ini juga memberikan dampak positif. Mereka jadi sangat ramah lingkungan, tidak sembarangan menebang pohon, tidak membuang sampah atau membakar rerumputan serta membunuh binatang.
Yang Khas dari Sumatera Barat:
Pahlawan Nasional : Tuanku Imam Bonjol, Rasuna Said, Haji Agus Salim, Sutan Syahrir
Bahasa Daerah : Minang, Melayu
Alat Musik : Saluang, Bansi, Talempong, Rabab, Pupuik, Serunai, Gandang tabuik
Makanan : Rendang, Sate Padang, Dendeng Balado, Itiak Lado Mudo, Soto Padang, Bubur Kampiun
Tarian : Tari Piring, Tari Pasambahan, Sijoban, Radang
Rumah Adat : Rumah Gadang
Ibu Kota : Padang
Teks: JFK Foto: Istimewa
