Sumpit atau dalam bahasa Kalimantan disebut Sipet, sangat lekat dengan kebudayaan Dayak. Zaman dahulu, sumpit dipergunakan masyarakat Suku Dayak untuk berburu dan berperang.

Pria dewasa Suku Dayak zaman dahulu, harus bisa menyumpit dengan tepat. Kepiawaian tersebut dijadikan penanda, seorang pria telah melewati fase remaja. Sumpit digunakan dengan cara ditiup.

 

Tiga Bagian

Sumpit terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah batang sumpitan. Batang sumpitan terbuat dari kayu berbentuk bulatan panjang dengan lubang di dalamnya dengan diameter kayu sekitar 3-3,5 cm serta diameter lubang 1-1,2 cm. Untuk sumpit, kayu yang digunakan dari jenis terpilih seperti kayu Bunyau, Penyau’, Kebaca, dan Tapang.

Ukuran batang sumpitan biasanya disesuaikan dengan si empunya sumpitan itu sendiri yakni sepanjang satu depa atau sekitar 1,5-2 meter.

Bagian lainnya adalah, Mata Tombak (bu’bulis) yang terbuat dari besi baja, panjangnya 20-30 cm. Sedangkan bagian berikutnya adalah Besi untuk pengintai sasaran (tajuk pita).

Tajuk pita terbuat dari besi dan diikatkan pada sisi berlawanan dengan mata tombak dan pada ujungnya menyembul sejajar dengan batang sumpit. Fungsinya sebagai patokan titik fokus sasaran yang akan dituju.

 

Prajurit Belanda Takut

Pada zaman penjajahan di Kalimantan dahulu kala, serdadu Belanda bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya, sementara prajurit Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang prajurit Dayak diterjang peluru.

Yang membuat pihak penjajah gentar itu adalah anak sumpit yang beracun. Sebelum berangkat ke medan laga, prajurit Dayak mengolesi mata anak sumpit dengan getah pohon ipuh atau pohon iren. Dalam kesenyapan, mereka beraksi melepaskan anak sumpit yang disebut damek.

 

 

Yang Khas dari Kalimantan Tengah:

Bahasa Daerah           : Bahasa Banjar, Bahasa Ngaju,

Bahasa Manyan, Bahasa Ot Danum, Bahasa Katingan

Alat Musik Tradisional : Kacapi, Rebab

Bela Diri Tradisional    : Kuntau

Tari Tradisional            : Tari Hugo dan Huda, Tari Putri Malawen,

Tari Tuntung Tulus, Tari Giring-giring,

Manasai

Pahlawan                      : Tjilik Riwut, Panglima Batur

Ibukota                         : Palangkaraya

 

 

Teks: JFK      Foto: Istimewa

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *