“Ayo cepat, Ryan! Filmnya mulai jam 17.45,” ucap Ayah setengah berteriak dari lantai bawah. Ryan berjalan terburu-buru menuruni tangga dari kamarnya. “Ini kan baru jam 5 sore, Yah,” keluh Ryan. “Iya, tapi kita di jalan kan agak macet,” timpal Ayah.
Tak sampai setengah jam, Ayah, dan Ryan sampai di sebuah bioskop. Gedungnya nampak tua dengan warna catnya yang sedikit kusam. Ya, di kota ini hanya ada satu bioskop bernama Marlinda. Bioskop Marlinda sudah berdiri sejak 33 tahun lalu.
Ayah dan Ryan lalu berjalan menuju loket untuk membeli tiket. Ayah kemudian memilih bangku yang masih kosong. Ayah memilih dua bangku persis di tengah baris ke-5.
“Ayo, kita langsung masuk ke dalam, filmnya sudah mau mulai, nih,” ajak Ayah tergesa-gesa. “Tapi, aku mau beli popcorn dulu, Yah,” rengek Ryan. “Sudahlah, nanti saja setelah nonton film, kita makan enak,” timpal Ayah. Dengan wajah agak cemberut, Ryan pun mengikuti kemauan Ayah.
Benar saja, saat masuk ke dalam bioskop, lampu sudah dimatikan. Film animasi kesukaan Ryan sebentar lagi akan dimulai. Mereka lalu mencari nomor bangku yang sesuai. “Ini dia baris kelima G dan H,” bisik Ayah. Keduanya lalu duduk berdampingan.
Ryan menengok ke arah kanan dan kiri, tak ada orang yang duduk di baris kelima. Hanya ada beberapa orang di deretan belakang. Ia lalu menonton film kartun kesukaannya. Ayah juga nampak ikutan serius nonton.
Tiba-tiba,
Kriuuukk… Kriuuukk…
Terdengar suara orang mengunyah makanan. “Ryan, kamu mau popcorn?” tanya seorang anak perempuan yang tiba-tiba muncul di sebelah.
Ryan yang serius nonton film, hanya menjawab, “Oh, boleh, deh,” ucapnya dengan mata tetap menonton film. Tangan Ryan langsung mengambil kotak popcorn yang disodorkan kepadanya. Ia lalu asyik mengunyah popcorn sambil menonton film.
Tak lama kemudian, Ryan teringat bahwa di deretan bangku kelima tak ada lagi orang yang duduk selain dirinya dan Ayah. Ia lalu menoleh ke sebelah kiri. Benar sekali! Tak ada orang sama sekali. Ryan menoleh ke sebelah kanan, hanya ada ayahnya yang sedang nonton film. Tak ada siapa-siapa lagi di sebelah Ayah.
“Kamu mencari siapa, Ryan?” tanya Ayah. “Ehmmm.. Tadi sepertinya ada anak cewek seumuranku duduk di sebelah, ia memberikan popcorn ini,” ucap Ryan sambil menunjukkan kotak popcorn yang ada di pangkuannya.
“Ahh.. Dari tadi Ayah tidak melihat siapa pun,” ujar Ayah sambil menengok ke belakang. Di belakang hanya ada sepasang remaja cewek dan cowok. Namun, tak ada anak cewek yang diceritakan Ryan.
Selepas film selesai, Ryan masih penasaran dengan anak cewek misterius di sebelahnya. Tak sengaja Ryan mendengar beberapa anak remaja yang sedang ngobrol di dekat pintu keluar.
“Eh, kamu tahu tentang angkernya bioskop ini?” tanya seorang remaja cowok berambut keriting. “Iya, aku pernah dengar, sih. Katanya sering ada penampakan si penunggu bioskop berwujud anak cewek. Apalagi di studio 3,” tutur temannya yang berkacamata. “Hiii.. Seram, ya! Yang aku dengar, sih, anak perempuan itu korban tewas dari kebakaran bioskop beberapa tahun lalu,” timpal temannya lagi.
Ryan kaget bukan kepalang. Ia lantas menghampiri Ayah. “Ayah, tiket nonton tadi mana?” tanya Ryan. “Buat apa? Ini tiketnya,” jawab Ayah sambil mengeluarkan 2 tiket dari saku celananya.
Di tiket nonton tersebut, tertulis nomor studio, tempat tadi Ryan dan Ayah nonton. “Studio 3?” ucap Ryan membaca tiket yang dipegangnya sambil menahan rasa takut.
Cerita: JFK Ilustrasi: JFK