Aku melihat Ayuko sedang sibuk dengan kertas lipatnya di sudut kelas. Belum genap seminggu ia bersekolah di sini. “Aku dari Jepang,” katanya ketika memperkenalkan diri dengan bahasa Indonesia yang agak terbata. Ia mampu berbahasa Indonesia karena Ayahnya yang orang Indonesia selalu mengajarkannya agar Ayuko tetap kenal dengan budaya Indonesia. Ibunya yang asli Jepang juga bisa sedikit bahasa Indonesia karena pernah bekerja di sini.

“Ayuko lagi ngapain kamu?” tanyaku. “Eh, kamu Angdari,” jawabnya, yang lagi-lagi  salah menyebutkan namaku. Katanya, lidahnya masih terbiasa dengan bahasa Jepang, sehingga menyebut kata Andari menjadi Angdari. “Aku lagi bikin origami,” lanjutnya. Aku memperhatikan tangannya yang lincah melipat kertas warna tersebut. Tak lama kemudian, jadilah seekor burung dari kertas. Setelah diperhatikan, ternyata tak cuma 1 burung yang ia buat, tapi puluhan.

“Lho, kok banyak banget bikinnya?” tanyaku penasaran. “Ini baru sedikit, kok. Aku harus bikin seribu origami,” jawabnya. “Hah, seribu?!” seruku terkejut. Ayuko tak mempedulikan kehebohanku. Ia seakan tenggelam dalam dunianya sendiri. Aku pun masih bertanya mengapa ia harus membuat origami sebanyak itu?

Keesokan harinya, ia masih menekuni origami yang entah kapan selesainya. Aku memberanikan diri untuk bertanya. “Sebenarnya untuk apa, sih, kamu membuat origami sebanyak itu?” tanyaku. “Agar harapanku terkabul,” jawabnya singkat. “Di Jepang, ada kepercayaan kalau ingin harapanmu terkabul, kamu harus membuat seribu origami burung bangau,” ceritanya.

Aku mengangguk mendengar penjelasannya. Meskipun begitu, masih banyak sekali yang ingin aku tanyakan padanya. Tapi, jam istirahat telah usai, mungkin akan aku tanyakan besok saat jam istirahat lagi ketika Ayuko melanjutkan origaminya.

Esoknya, benar saja, ia masih berkutat dengan kertas-kertas lipatnya. “Ay, aku bantuin, ya, bikin origaminya,” ucapku menawarkan bantuan. Ayuko menyambut dengan gembira tawaranku. Tapi, karena aku baru belajar membuatnya, jadi masih harus perlahan-lahan membuatnya.

“Memang kamu punya harapan apa, sih, sampai harus melakukan ini?” tanyaku sambil melipat kertas. “Aku ingin bisa kembali ke Jepang,” jawab Ayuko lirih. Aku sempat berpikir buruk ketika Ayuko berkata seperti itu. Sok sekali Ayuko, memangnya Indonesia tak cukup indah dari Jepang?

Namun, pikiran burukku langsung pergi jauh ketika Ayuko menceritakan kerinduannya pada sahabat dan keluarganya di sana. Aku juga pernah merasakan seperti Ayuko. Dulu, aku tinggal di Bandung, dan harus pindah ke Jakarta karena Ayahku pindah kerja. Aku juga merasakan rindu dengan teman-temanku yang ada di Bandung.

Aku pun meneruskan membantu Ayuko membuat seribu origami sampai jam istirahat selesai. Aku juga berdoa agar Ayuko bisa kembali ke Jepang dan bertemu dengan sahabat-sahabatnya di sana. “Terima kasih, ya, Angdari, kamu temanku yang paling baik. Kalau nanti aku bisa kembali ke Jepang, pasti kamu adalah orang yang paling aku rindukan,” tandasnya. (Nindy/Novi/Ilustrasi: Putri)

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *