Suatu hari, Peri Dinda dikunjungi oleh teman lamanya yang bernama Peri Pipi. “Aku jadi tidak enak menemuimu,” kata Peri Pipi. “Kenapa?” tanya Peri Dinda. “Aku sebetulnya ingin minta tolong padamu,” jawab Peri Pipi malu. “Dengan senang hati, aku akan menolongmu. Bangsa peri selalu siap untuk menolong,” kata Peri Dinda yang ceria dan baik hati. “Terima kasih, kalau begitu, ayo pergi bersamaku, ada yang ingin kutunjukkan padamu,” ajak Peri Pipi.

Peri Dinda dan Peri Pipi pergi ke sebuah gua yang teduh dan sejuk. “Di dalam gua ada lukisan di dinding  batu. Tapi, gempa merusak dinding batu itu, dan lukisannya juga jadi rusak,” kata Peri Pipi.  Peri Dinda  melihat lukisan di dinding gua yang rusak dan ia menjadi sedih. “Tenanglah Peri Pipi, aku janji memperbaiki lukisan gua ini dengan cepat!” tekad Peri Dinda.

Peri Dinda memperbaiki dinding batu yang rusak dengan kekuatan ajaibnya. “Tapi aku tidak bisa memperbaiki lukisan ini sendirian,” kata Peri  Dinda. Peri Dinda pun kemudian meminta adiknya, Peri Novi untuk membantunya. “Kakak, aku tidak pernah memperbaiki lukisan sebelumnya,” keluh Peri Novi.  “Kau harus bisa!” ujar Peri Dinda tidak mau mendengar alasan sang adik.

Peri Novi memperbaiki lukisan gua sekuat tenaga, tapi gagal dan akhirnya jatuh sakit. Peri Dinda terkejut dan menyadari sesuatu. “Maaf Adikku, aku memaksamu untuk memperbaiki lukisan demi janjiku pada Peri Pipi,” sesal Peri Dinda. Peri Dinda pun merawat Peri Novi hingga sembuh. Peri Dinda  meminta maaf pada Peri Pipi karena tidak dapat menepati janjinya. Ternyata, Peri Pipi tidak marah. Setelah sembuh, Peri Novi pun membantu Peri Dinda untuk memperbaiki lukisan gua. “Kita kakak beradik, harus saling membantu,” kata Peri Novi. Akhirnya, lukisan gua pun selesai diperbaiki dengan pengertian dan kesabaran. (Cerita: Seruni; Ilustrasi: Agung)

 

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *