Minggu sore, Ita pergi ke mall dengan Ayah dan Ibu. Sebenarnya, dari minggu kemarin ia sudah merengek minta dibelikan sepatu baru. Namun, karena Ayah hanya libur pada hari Minggu, akhirnya hari ini dia baru pergi ke mall untuk membelinya.
“Ita mau yang seperti itu, Bu,” kata Ita sambil menunjuk sepatu berwarna biru muda dengan pita pink di atasnya. “Ya sudah, yuk, kita lihat dulu,” ajak Ibu. Setelah memilih ukuran yang pas, Ita pulang bersama sepatu barunya.
Karena setiap hari Senin sampai Rabu di sekolah Ita hanya boleh menggunakan sepatu warna hitam, ia baru memakai sepatunya pada hari Kamis. Pada hari itu, ada pelajaran seni tari yang mengharuskan setiap anak melepas sepatunya untuk memasuki ruang tari. Maka Ita pun melepas sepatunya dan meletakkannya di rak sepatu tanpa memperhatikan sepatu lain. Ita bergabung bersama teman lainnya dan mengikuti pelajaran tari dengan semangat.
Sembari menari Ita menceritakan pada temannya Kania, bahwa ia baru saja membeli sepatu baru. “Kania, hari ini aku pakai sepatu baru, lho!” seru Ita. “Haha, masak, sih? Aku juga baru beli sepatu Minggu kemarin sama Mama dan Papa,” ujar Kania. “Hah? Kok bisa sama, sih?” kata Ita heran.
Satu jam berlalu, pelajaran seni tari pun selesai. Anak-anak mulai keluar dari ruangan dengan tertib. Ita dan Kania keluar terakhir karena harus membereskan beberapa peralatan tari. Saat menghampiri rak sepatu, Ita dan Kania terdiam. Mereka berdua memandangi dua sepatu yang sekilas tampak sama, bersebelahan di rak sepatu.
“Kania, kok sepatuku ada dua?” ujar Ita bertanya-tanya. “Ini sepatu baru yang tadi aku ceritakan padamu, Ta,” kata Kania. “Wah, kamu beli di Happy Kids juga, ya?” tanya Ita. “Iya, di sana sepatunya lucu-lucu, jadi aku mengajak Mama dan Papa ke sana,” cerita Kania. “Tapi, sepatuku yang mana ya, Kania?” kata Ita sambil berpikir keras. “Aku juga bingung, seingatku, sepatuku warnanya biru muda dan ada pita pink di atasnya,” kata Kania mencoba mengingat wujud sepatunya. Akhirnya, mereka berdua mengambil sepatu yang diyakini miliknya masing-masing, dan kembali ke ruang kelas, untuk membereskan tas dan pulang.
Sepulang sekolah, Ibu melihat sepatu Ita yang nampak agak berbeda. “Ita, kamu pakai sepatu siapa?” tanya Ibu heran. “Ya, sepatu Ita dong, Bu!” jawab Ita. “Tapi kok, beda dari yang kemarin dibeli? Kan pita pink di atasnya ada sedikit glitter (kilauan)-nya,” kata Ibu mengingatkan Ita. Ita pun mencoba mengingat-ingat kejadian di depan ruang tari. “Oh iya…tadi Kania cerita kalau dia beli sepatu baru juga, dan ternyata pas dilihat, sepatunya mirip seperti punyaku, Bu. Ya sudah, akhirnya aku ambil yang menurutku punyaku saja,” kata Ita menceritakan kejadian di sekolah tadi. “Oh, begitu. Ya sudah, besok tukar lagi dengan yang punya Ita, ya,” pesan Ibu.
Keesokan paginya, Ita melihat Kania yang baru datang dan memanggilnya. “Kania… sepatuku ternyata tertukar dengan punyamu,” kata Ita menghampiri Kania. “Wah, pantas saja, kok, sepatunya agak sempit, ya,” kata Kania sambil membuka sepatunya. “Maaf ya, Kan,” ujar Ita tertunduk malu. “Nggak apa-apa, kok. Hmm, sepertinya sepatu kita harus dikasih nama, supaya tidak tertukar nih, hahaha,” kata Kania sambil berjalan menuju ruang kelas bersama Ita.
Cerita: JFK Ilustrasi: JFK