Keluarga Andre sore itu sedang berkumpul di ruang tengah menonton televisi. Tiba-tiba Bapak menyuruh Andre mengambilkan rokok di meja telepon. “Andre.., tolong ambilkan rokok Bapak di dekat telepon,” pinta Bapak.
“Ya, Pak,” Andre yang sedang asyik membaca, segera beranjak dari duduknya.
Di meja telepon, Andre tidak melihat ada rokok Bapak. Dicarinya, barangkali terjatuh. Namun, tetap tidak ditemukannya juga. “Ada, Ndre?” tanya Bapak penasaran. “Tidak ada, Pak,” jawab Andre sambil menuju ruang tengah kembali. “Rasanya tadi Bapak taruh di situ,” Bapak mencoba mengingat-ingat. “Mungkin Bapak lupa,” jawab Andre mencoba menenangkan Bapak.
“Bapak yakin, Ndre. Aneh, akhir-akhir ini rokok Bapak selalu hilang,” kata Bapak heran.
Bapak kemudian bercerita. Seminggu ini rokoknya sering hilang. Mula-mula Bapak pikir ia lupa menaruhnya. Namun sekarang Bapak yakin, pasti ada yang mengambilnya. Tetapi siapa. Di rumah ini hanya ada dua lelaki dewasa, yaitu Bapak dan Mang Junet. Mungkinkah Mang Junet? “Hmm, Mang Junet mungkin, Pak. Atau…” Andre mencoba menduga. “Nah, ini tugasmu Ndre untuk menyelidikinya. Katanya mau jadi detektif seperti Conan,” perintah Bapak.
“Siap, komandan!” Andre memberi hormat layaknya seorang prajurit. Bapak tertawa melihatnya.
Keesokan harinya Andre mulai melakukan penyelidikan. Kasus ini dinamakan “Misteri Hilangnya Rokok”. Andre pun memulai penyelidikan kasus yang dilimpahkan padanya. Ia menaruh sebungkus rokok Bapak dan korek api di meja teras belakang. Seperti biasa Bapak lakukan. Lalu ia sendiri mengintai dari atas pohon rambutan di halaman belakang.
Sudah sepuluh menit Andre mengintai, tapi belum juga ada yang mengambil rokok di atas meja itu. Ketika ia mulai bosan dan ingin menghentikan pengintaiannya, Mang Junet, saudara jauh Bapak yang membantu membersihkan pekarangan rumah, muncul. Dia menuju ke arah meja ditempatkannya sebungkus rokok. “Nah, ini dia,” pikir Andre. Mang Junet sudah dekat meja dan kemudian berjongkok. Andre hampir saja menangkap basah sang pencuri rokok Bapak. Namun ternyata meleset. Mang Junet hendak mengambil sepatu bola yang ada di bawah meja. “Wah, berarti bukan Mang Junet,” gumam Andre.
Andre memutuskan untuk mengintai sepuluh menit lagi. Satu menit, dua menit berlalu. Belum juga ada tanda-tanda yang mencurigakan. Pintu belakang tiba-tiba terbuka. Ternyata Dio, adik Andre yang baru duduk di kelas 1 SD. Dio melihat ke kanan dan ke kiri layaknya sedang mengendap-endap. Andre heran melihat sikap adiknya yang mencurigakan itu. Ia semakin heran dan terkejut ketika melihat Dio menuju meja. Lalu mengambil rokok dan korek api itu. “Jadi….Dio..,” gumamnya tak percaya.
Dio memasukkan rokok dan korek api ke dalam kantong celananya. Lalu bergegas menuju ke kebun belakang. “Ini saatnya aku beraksi,” Andre buru-buru turun dari tempat persembunyiannya. Andre menuju kebun belakang dan melihat Dio sedang berjongkok di dekat semak-semak. Ia sedang menyalakan korek api. “Naaaaah, ketauan…,” teriak Andre mengagetkan Dio. “Ayo, sini kamu. Biar Bapak yang menghukummu karena merokok,” Andre menarik tangan adiknya itu dengan paksa. “Ampun Bang, Dio bukan mau merokok…,” Dio mulai menangis. Bapak dan Ibu yang mendengar suara ribut-ribut segera menuju halaman belakang. “Ada apa, Ndre?” tanya Bapak.
“Aduh, kenapa Dio menangis?” Ibu membujuk Dio supaya diam. “Ini Pak, Dio yang mengambil rokok Bapak. Dia mau merokok di kebun belakang,” Andre menjelaskan. “Benar itu, Dio?” tanya Bapak dan Ibu. “Dio memang mengambil rokok Bapak. Tapi Dio bukan mau merokok,” kata Dio setelah reda tangisnya. “Lalu untuk apa Dio mengambil rokok Bapak?” selidik Ibu. Lama Dio tidak menjawab. “Iya, kenapa Dio mengambil rokok Bapak?” kali ini Bapak yang bertanya. “Dio takut, Pak. Dio ingin membakarnya dan membuangnya,” jawab Dio kemudian. “Takut? Takut apa?” tanya Bapak.
“Takut Bapak sakit seperti Bapaknya Didik, teman Dio,” Dio menjelaskan Bapak teman sekelasnya yang masuk rumah sakit karena rokok.
“Dengar tuh, Pak,” Ibu menyindir Bapak. Bapak hanya mengangguk-angguk dan mengusap-usap kepala Dio.
Sejak kejadian itu, Bapak mulai mengurangi merokok. Selama beberapa minggu ini Andre tidak pernah melihat Bapak merokok lagi. Bapak sudah berhenti merokok sekarang. Semua itu berkat Dio.
Terimakasih, Dio. Meskipun kamu masih kecil, namun kamu sudah peduli akan bahaya rokok.
Cerita: JFK Ilustrasi: JFK