“Pokoknya, selama seminggu ke depan, nggak ada gadget, ya, Niko,” kata Mama sembari menyita semua gadget canggih milik Niko. Niko pun hanya bisa tertunduk lemas. Tak mungkin ia membantah Mamanya. Lagipula, ia menyadari bahwa nilainya turun memang karena terlalu sering bermain gadget, seperti smartphone dan game konsol.
Keesokan harinya, Niko seperti tak bersemangat pergi sekolah. Biasanya, saat diantar Pak Ujang, ia asyik memainkan game di konsolnya. Kali ini, ia hanya bisa menatap ke jendela, melihat motor dan mobil yang sedang berebut jalan agar bisa segera sampai tempat tujuan.
“Pak Ujang sudah berapa lama kerja sama Ayah?” tanya Niko di sela perjalanan menuju sekolah. “Hmm, sekitar 15 tahun, Den. Pokoknya sebelum Den Niko dibuat, hehe,” canda Pak Ujang. “Kok, Pak Ujang bisa betah banget kerja sama Ayah? Ayah kan galak,” tanya Niko lagi. “Kalau Den Niko nggak mengerjakan PR, pasti Ayah galak. Tapi, Pak Ujang kan nggak punya PR, jadi Ayah nggak galak sama Pak Ujang, hehehe,” lagi-lagi pertanyaan Niko dijawab dengan candaan oleh Pak Ujang.
Sepanjang perjalanan, Niko terus bertanya mengenai kehidupan Pak Ujang. Mulai dari makanan kesukaan, sampai anaknya yang tinggal di kampung. Hal ini tak pernah dilakukan Niko ketika gadget ada di tangannya. Tak terasa, mobil yang dikendarai Pak Ujang, sudah sampai di depan gerbang sekolah. Setelah mengucapkan terima kasih, Niko langsung bergegas menuju kelasnya.
Sepulang sekolah, Niko juga tak banyak melakukan kegiatan. Kalau tak sedang mengerjakan PR, ia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bermain game. Kali ini, tak ada game lagi di waktu senggangnya. Ia kemudian melihat ke luar jendela rumah. Melihat tumbuhan hijau di halaman rumah, ia memiliki sebuah ide yang tak pernah dilakukan sebelumnya.
Niko segera menuju garasi untuk mengambil selang, dan memasangnya di keran. Kemudian, ia menuju taman kecil di halaman rumah dan menyemprotkan air ke tanaman yang mulai kekeringan akibat panas matahari. Tanpa sepengetahuan Niko, Mamanya mengintip dari jendela. Mama sengaja tak menghampiri Niko, ia hanya tersenyum melihat kelakuan Niko yang tak biasa.
Esoknya, Niko juga tak segan untuk mengajak Chiko, anjing peliharaannya untuk jalan-jalan ke taman komplek. Tak lupa, ia membawa plastik untuk berjaga-jaga kalau Chiko ingin buang air. Agar kotorannya tidak mengganggu orang-orang yang ingin main di taman.
Sesuai janjinya, setelah seminggu berlalu, Mama mengembalikan gadget Niko. “Niko, ini Mama kembalikan gadgetnya. Ingat, boleh main gadget, tapi ada waktunya, ya,” pesan Mama. Niko sangat antusias mendapatkan kembali game konsol dan telepon pintar yang setiap hari menemaninya. Namun, ternyata bukannya langsung memainkan, Niko malah menyimpannya.
“Sepertinya, main sama Chiko dan menyiram tanaman, lebih seru daripada hanya main game, Ma,” tandas Niko. Walau agak heran dengan perubahan Niko, Mama cukup senang karena hukuman seminggu tanpa gadget, bisa membuat Niko lebih memperhatikan sekitarnya.
(Teks dan Ilustrasi: Just For Kids)