Ena meletakkan potongan cokelat di kuenya. “Selesai!” serunya gembira. “Hiii!” tiba-tiba Riri, teman ekstrakurikuler memasak Ena, menjerit kaget.

“Riri, kenapa sih tiba-tiba berteriak?” tanya Ena bingung. “Ini sudah jam 5 sore! Ayo, kita beres-beres dan pulang! Aku tidak mau ada di ruang ekskul memasak  lama-lama!” rengek Riri ketakutan.

“Memangnya ada apa?” tanya Ena tidak sabar. “Ada hantu disini!” bisik Riri. “Masa, sih? Aku tidak pernah dengar soal hantu!” bantah Ena. “Aku akan minta Kak Neni dari kelas 6 menunjukkan rekaman video yang diambilnya di ruang ekskul memasak! Kau pasti percaya!” kata Riri serius.

Keesokan harinya, Ena dan Riri pergi ke ruang kelas Kak Neni. Ternyata, Kak Neni sudah 2 hari tidak masuk sekolah karena sakit. Ena dan Riri yang kecewa, pergi ke kantin sekolah untuk makan siang.

“Memangnya, hantu di rekaman video Kak Neni itu seperti apa?” tanya Ena. “Hantu itu berwujud bayangan hitam dan suka memecahkan piring!” cerita Riri. “Aku tidak takut! Sampai aku melihat sendiri ulah si hantu!” kata Ena yakin.

Seminggu kemudian, Ena sedang mencuci  peralatan masaknya di  ruang ekskul memasak. Aneh, dia merasa seperti ada yang memperhatikan dari belakang! Ena menengok, tapi tidak ada siapa-siapa. PRANG! Tiba-tiba terdengar suara piring pecah. “AAAA!” Ena menjerit kaget.

Setelah menenangkan diri, Ena melihat ke ruang makan. Piring yang Ena gunakan untuk menaruh kue tart buah buatannya, jatuh ke lantai, pecah berserakan. Sekarang Ena merasa takut! Tidak ada orang lain di ruang ekskul memasak! “Jadi, yang melakukan ini pasti…hantu!” pikir Ena yang segera mematikan lampu dan berlari keluar.

Ena lalu menceritakan pengalamannya pada Riri. “Kita beritahu Kak Neni. Dia sudah sembuh dari sakit,” ajak Riri. “Kau hebat, Ena! Kalau aku, pasti langsung lari ketika mendengar suara piring pecah!” puji Kak Neni ketika mendengar kejadian seram yang dialami Ena. “Kakak akan membuat video hantu lagi?” tanya  Riri. “Tentu saja!” jawab Kak Neni.

Hari Kamis sore, Kak Neni menunggu setelah ekskul memasak Ena dan Riri selesai. Setelah minta ijin pada Pak Amin penjaga sekolah, Kak Neni lalu memasang kamera perekam di ruang ekskul memasak. Kamera perekam itu ditinggalkan semalaman untuk merekam kegiatan si hantu.

Hari Senin, Kak Neni memanggil Ena dan Riri lalu mengajak mereka ke ruang audio visual. Video hantunya sudah jadi. “Payah banget!” Ena dan Riri berteriak kecewa ketika menonton rekaman video Kak Neni. “Ya, itu hantunya!” kata Kak Neni sambil tertawa geli.

Ternyata, si hantu adalah seekor musang luwak! Musang luwak itulah yang memecahkan piring-piring di dapur selama ini.  “Pasti karena dia mencari makanan!” seru Riri. “Benar, waktu itu aku membuat kue buah!” tambah Ena. “Musang luwak ini pasti sembunyi di atap. Ada ruang-ruang kosong yang bisa ditinggali  disana. Kita harus lapor ke Pak Amin,” kata Kak Neni. “Tapi, bagaimana dengan rekaman video hantu Kakak yang ada bayangannya itu?” tanya Riri. “Maaf, membuat kalian kecewa lagi. Ternyata, bayangan itu bayangan Pak Amin! Dia memang jahil!” kata Kak Neni meringis kesal.  Riri dan Ena menghela nafas sambil geleng-geleng kepala.

Seminggu kemudian, Ena, Riri, dan Kak Neni mendengar kabar mengejutkan dari Pak Amin. “Bapak sudah meminta tukang bangunan untuk memeriksa atap ruang ekskul memasak. Tapi, mereka tidak menemukan musang luwak,” kata Pak Amin.

Pak Amin lalu bercerita. Dahulu, sebelum sekolah dibangun, daerah tersebut adalah hutan keramat yang dijaga oleh siluman berwujud musang luwak. “Ah, Pak Amin pasti bohong! Dia kan suka bercanda!” ucap Ena dalam hati.

 

Cerita: JFK    Ilustrasi: JFK

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *