Alkisah, di sebuah kerajaan, tinggal seorang putri bernama Elisa. Ia adalah putri tunggal dari Raja dan Ratu sehingga mendapatkan banyak kasih sayang. Sang putri mendapatkan semua yang diinginkannya. Rakyat kerajaan juga memberi perhatian penuh padanya.
Putri Elisa pandai menyanyi dan sekali dalam setahun selalu mengadakan lomba menyanyi di kerajaan. Rakyat kerajaan dengan senang hati mengikuti perlombaan itu. Hingga pada suatu ketika, Raja dan Ratu mengangkat seorang anak perempuan yang menjadi adik Putri Elisa. Anak itu bernama Tona. Perlahan-lahan, perhatian untuk Putri Elisa mulai berkurang.
Suatu hari, Putri Elisa bermaksud mengajak dayang-dayangnya berlatih memanah bersama. Ia pergi ke ruangan dayang dan terkejut menemukan ruangan tersebut kosong. “Kemana mereka semua?” tanya Putri Elisa pada seorang prajurit istana. “Dayang-dayang sedang merangkai bunga bersama Putri Tona,” jawab si penjaga.
Tak lama kemudian, Putri Tona datang sambil membawa karangan bunga yang indah. “Kakak, ini untukmu!” serunya sambil menyerahkan karangan bunga buatannya untuk Putri Elisa. “Aku tidak mau. Kau sudah merebut dayang-dayangku!” seru Putri Elisa kesal. “Maaf, Kakak. Aku tak akan mengulanginya lagi,” ucap Putri Tona menyesal. “Bagus,” jawab Putri Elisa singkat sambil berjalan pergi.
Malamnya, ketika waktu makan tiba, Raja, Ratu, Putri Elisa, dan Putri Tona duduk makan bersama. “Elisa, tahun ini lomba menyanyi akan kita ganti dengan lomba merangkai bunga,” titah Raja. “Kita harus memberikan kesempatan pada adikmu Tona. Lagipula seluruh rakyat juga setuju,” tambah Ratu. Putri Elisa kecewa dan sedih mendengar perkataan Raja dan Ratu. “Semua tak sayang padaku lagi!” teriaknya sambil berlari meninggalkan ruang makan.
Karena marah, Putri Elisa tak sadar kemana dia berlari. Hingga ia sampai di koridor dengan lukisan tua yang menyeramkan. “Putri Elisa,” sebuah suara mengejutkan Putri Elisa. Ternyata, yang berbicara adalah lukisan seorang Putri di antara deretan lukisan tua. “Aku leluhurmu yang bernasib sama, tidak disayangi karena kemunculan seorang adik. Ayo, ke dunia dalam lukisan, temani aku,” ajak si Putri dalam lukisan sambil menarik tangan Putri Elisa.
“Tidak!” Putri Elisa menjerit ketakutan. “Kakak!” seru Putri Tona yang datang tepat sebelum lukisan Putri tersebut membawa Putri Elisa masuk ke dalam lukisan. “Kalau kau bawa Kakak, aku akan ikut dan memukulmu supaya kau jera,” tantang Putri Tona kepada lukisan Putri tersebut. Putri dalam lukisan itu pun menghilang dan kanvas lukisan berubah menjadi putih bersih.
“Tona, maafkan sifatku yang egois,” tangis Putri Elisa terharu. Setelah pengalaman itu, Putri Elisa tidak mau menang sendiri lagi. Ia menjadi kakak yang baik untuk Putri Tona. Hal ini membuat Raja, Ratu, dan rakyat kerajaan bangga padanya.
Cerita: Seruni Ilustrasi: JFK