Puteri Lila senang sekali menerbangkan pesawat terbang dari kertas. Puteri Lila yang pintar, selalu bisa melipat bermacam-macam pola pesawat kertas. “Aku suka melihat langit dan lebih suka lagi kalau melihat pesawat kertas buatanku terbang!” seru Puteri Lila. Karena sangat menyukai pesawat terbang kertas, Puteri Lila membuat hari khusus bagi penduduk kerajaannya untuk membuat dan menerbangkan pesawat terbang kertas. “Apakah itu berarti kami mendapat libur, Tuan Puteri?” tanya seorang penduduk. “Tentu saja!” jawab Puteri Lila. Para penduduk bersorak senang. “Ayo, kita namakan harinya sebagai Hari Pesawat Kertas!” seru Puteri Lila yang sangat gembira. Awalnya, penduduk kerajaan Puteri Lila hanya setengah hati melipat pesawat terbang kertas, karena mereka hanya ingin libur! Akan tetapi, ketika melihat kesungguhan dan rasa suka Puteri Lila membuat pesawat terbang kertas, penduduk kerajaannya jadi mencintai kegiatan Puteri mereka.
Ketika Hari Pesawat Kertas tiba, Puteri Lila bangun tidur dengan perasaan bahagia! Dia membuka jendela kamarnya, ingin merasakan angin sejuk yang akan menerbangkan pesawat kertas semua orang! Tetapi…. “Mengapa tidak ada angin sama sekali!?” jerit Puteri Lila kecewa. Seusai mandi dan memakai gaun kesayangannya, Puteri Lila pergi ke hutan menyendiri. “Bagaimana ini! Aku yakin penduduk kerajaan akan sedih! Aku merasa bersalah pada mereka. Tapi, apa yang bisa aku lakukan?” ucap Puteri Lila putus asa. “Puteri Lila! Ini semua karena Puteri Angin sedang sedih. Kau harus menolong dia!” seru seekor musang. “Baiklah, aku akan menolong Puteri Angin!” kata Puteri Lila
Si musang lalu membawa Puteri Lila pergi menemui Puteri Angin yang bersembunyi di sebuah gua dalam hutan. Terdengar suara tangis sedih yang menggema dari dalam gua. Perlahan Puteri Lila mendekat dalam gua dan bertanya pada Puteri Angin yang sedih. “Puteri Angin, mengapa kau sedih?” tanya Puteri Lila. Angin sepoi-sepoi berhembus dari dalam gua mengiringi Puteri Angin yang perlahan berjalan keluar. “Aku sedih karena aku tidak berguna. Lebih baik aku menetap di gua ini terus!” kata Puteri Angin. “Tapi, kau adalah Puteri Angin, bukan Puteri Gua!” kata Puteri Lila.
Puteri Angin lalu bercerita mengapa dia menganggap dirinya tidak berguna. “Pada suatu hari, aku membuat angin sepoi-sepoi di negeri yang jauh. Tapi karena kecapaian, aku tertidur. Ketika aku bangun, angin sepoi-sepoi yang kubuat sudah jadi angin yang mengerikan. Aku sudah membuat bencana angin ribut yang merugikan! Aku tidak pantas jadi Puteri Angin!” ujar Puteri Angin menangis lagi. “Puteri Angin, jangan katakan bahwa kau tidak berguna. Setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan. Yang harus dilakukan adalah belajar dari kesalahan itu dengan berusaha lebih baik dari sebelumnya!” ucap Puteri Lila memberi semangat pada Puteri Angin.
Kesedihan Puteri Angin hilang karena nasihat yang diberikan oleh Puteri Lila. “Maukah kau menjadi temanku mulai sekarang?” tanya Puteri Angin. “Tentu saja, Puteri Angin! Sebagai gantinya, maukah kau menolongku? Aku dan penduduk kerajaanku membutuhkan angin buatanmu untuk menerbangkan pesawat-pesawat kertas,” kata Puteri Lila. “Aku akan membantumu!” ujar Puteri Angin bertepuk tangan senang.
Puteri Angin mewujudkan Hari Pesawat Terbang Kertas berlangsung meriah. Penduduk kerajaan dan Puteri Lila, menerbangkan pesawat kertas mereka dengan bahagia. “Horeee… Puteri Angin dan Puteri Lila memang luar biasa!” sorak penduduk kerajaan gembira. (Cerita: Seruni/ Ilustrasi: Fika)