Jakarta, majalahjustforkids.com – Beberapa penelitian membuktikan bahwa melakukan puasa, memiliki banyak manfaat positif bagi kesehatan.
Bahkan, tinjauan sistematis dan meta-analisis tahun 2020 (lebih dari 1.400 peserta di 14 studi) menemukan efek positif puasa atau intermittent fasting pada berat badan, komposisi tubuh, dan kesehatan metabolisme pada orang dewasa yang kelebihan berat badan (obesitas) dan diabetes (gula darah tinggi).
Sayangnya, masih banyak yang “melanggar” aturan berpuasa tersebut, misalnya mengonsumsi makanan dan minuman berkalori tinggi saat berbuka puasa. Sementara menjaga pola kebiasaan sehat seperti rutin berolahraga selama Ramadan, seringkali sulit dilakukan.
Ramadan adalah momen yang tepat bagi masyarakat untuk menjaga atau meningkatkan kesehatannya dengan menjaga kadar glukosa darah dan tekanan darah normal.
Seseorang dapat merasakan manfaat penuh dari puasa, jika ia melakukannya secara teratur untuk waktu yang lama, seperti sebulan selama Ramadan, dan melengkapinya dengan diet sehat saat berbuka puasa dan menjaga tingkat stres serta pola istirahat yang cukup.
Sebaliknya, jika seseorang mengonsumsi makanan yang berlebihan saat berbuka puasa dan makanan tersebut kurang seimbang gizinya, seperti gula tinggi, tinggi lemak, rendah serat, dan sebagainya, kita tidak dapat mencapai manfaat tersebut.
Hipertensi dan diabetes melitus adalah salah satu masalah kesehatan yang harus diperiksa sebelum memulai puasa.
Bagi mereka yang memiliki hipertensi berat, kurangnya konsumsi elektrolit karena puasa dapat meningkatkan risiko aritmia jantung, yaitu detak jantung yang tidak teratur.
Selain itu, bagi mereka dengan jenis diabetes tertentu (misalnya, diabetes tipe 2), puasa dapat mengakibatkan hipoglikemia yang bisa berdampak fatal.

Dalam acara virtual Media Briefing OMRON Kamis, 30 Maret 2023, Direktur OMRON Healthcare Indonesia, Tomoaki Watanabe mengatakan, orang dengan risiko hipertensi dan diabetes yang tinggi, harus mengukur tekanan darah dan kadar gula darah mereka sebelum memutuskan untuk berpuasa setiap hari selama Ramadan.
“Mengukur tekanan darah dan alat vital lainnya dapat dilakukan secara mandiri di rumah menggunakan alat medis yang teruji secara klinis dan banyak digunakan, seperti monitor tekanan darah dan komposisi tubuh OMRON,” ujarnya.

Diterangkan Bapak Herry Hendrayadi, Marketing Manager PT OMRON Healthcare Indonesia, monitor tekanan darah baru OMRON kini hadir dengan konektivitas Bluetooth dan antarmuka dengan aplikasi seluler OMRON Connect.
“Pengguna bisa dengan mudah mengunggah, menyimpan, dan berbagi data tekanan darah mereka dengan dokter serta anggota keluarga, yang membuat mereka mendapatkan wawasan tentang tren tekanan darah dalam jangka waktu yang lebih lama. Berbagi info secara real time ini juga membantu para dokter membuat keputusan yang lebih tepat yang mengarah pada kontrol yang lebih besar atas peristiwa yang mengancam jiwa,” papar Bapak Herry.

Spesialis Gizi Klinik di RS Pondok Indah Jakarta, Juwalita Surapsari, menekankan pentingnya mengukur tekanan darah dan kadar gula darah secara rutin selama Ramadan.
“Pengukuran tekanan darah dan gula darah selama Ramadan harus dilakukan secara rutin untuk mengetahui secara akurat kondisi tekanan darah dan kadar gula darah serta menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti hipoglikemia atau hiperglikemia,” katanya.
Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa hasil pengukuran yang terekam dengan baik, akan memudahkan pasien, keluarga pasien, dan tenaga medis untuk memberikan perawatan yang tepat jika hal buruk terjadi.
Foto: Ist, Novi