Semua orang nggak mau sakit-sakitan. Tapi, untuk mencapainya juga butuh usaha, Kids. Salah satunya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Peduli akan hal ini, sejak tahun 2000, Unilever sudah mempunyai program yang sekaligus menegaskan komitmen perusahaan untuk bisnis yang berkelanjutan. Hal itu diwujudkan dalam tiga program yaitu kesehatan, lingkungan, dan peningkatan kesejahteraan.
Dalam program kesehatan dan kebersihan, Unilever sudah menjangkau 90 juta orang sepanjang tahun 2017 lalu. Program Sekolah Sehat yang menyasar anak-anak usia sekolah dasar, termasuk di dalamnya.
“Di tahun 2017, Unilever telah menjangkau lebih dari 2,2 juta murid lewat program Sekolah Sehat. Tim kami tidak hanya mengedukasi secara teori, namun melakukan praktik langsung soal perilaku hidup bersih dan sehat, misalnya bagaimana cara mencuci tangan yang bersih dengan sabun dan air mengalir, cara menggosok gigi yang benar, membuang sampah pada tempatnya, dan sebagainya,” ungkap Ibu Sinta Kaniawati selaku Head of Sustainable Business dan Unilever Indonesia Foundation dalam acara Buka Puasa dan Syukuran Pencapaian Program Unilever untuk Lingkungan dan Sosial beberapa waktu lalu.
Ya, perilaku hidup bersih dan sehat harus dimulai sejak dini. Selain orangtua di rumah, sekolah merupakan wadah yang tepat untuk mengedukasi anak.

“Harapan kami, anak-anak tersebut dapat tumbuh dengan menerapkan perilaku yang bersih dan sehat, lalu kelak saat dewasa, mereka juga bisa menerapkannya dalam keluarganya,” ujar Ibu Sinta.
Selain edukasi PHBS, Unilever juga telah menjangkau lebih dari 250 ribu orang melalui program pemeriksaan serta perawatan gigi dan mulut gratis.
Semakin menunjukkan komitmennya dalam hal kesehatan anak, di samping mengedukasi siswa perihal jajanan sehat, Unilever juga beraksi nyata dengan mengurangi kandungan gula tambahan dalam produk minuman Buavita hingga 36 persen, dan mengurangi kalori dalam es krim Paddle Pop hingga lebih dari 110 kkal.
“Idealnya mencegah lebih baik daripada mengobati. Namun praktiknya, masih banyak yang hanya menggosok gigi satu kali sehari, atau membuang sampah sembarangan, lupa cuci tangan, misalnya. Menularkan pengetahuan untuk berbuat kebaikan pada diri sendiri memang tak mudah, tapi kami tidak putus asa,” tutup Ibu Sinta. (Efa)