Keesokan pagi di SD Cemara, Bobby dan Aini sengaja datang lebih awal. Mereka berniat memeriksa pohon mangga yang angker dan mencari cermin di sekitar pohon tersebut. “Wah, masih sepi dan belum ada orang jam segini, ya,” ujar Bobby sesampainya di halaman sekolah bersama Aini. “Ya iyalah, coba lihat jam berapa ini! Baru jam 6 pagi kurang 15 menit,” timpal Aini.

“Bobby, tunggu dulu! Lihat itu, ada siapa?” ucap Aini setengah berteriak. “Sepertinya itu Nesa,” tebak Bobby. “Ayo kita ke sana!” ajak Aini sambil berjalan tergesa-gesa.

Setibanya di dekat pohon, Bobby dan Aini melihat dengan jelas apa yang sedang dilakukan Nesa. Teman barunya itu tengah menggali tanah di bawah pohon dengan menggunakan sekop kecil. Persis di sampingnya, cermin antik tergeletak di tanah. “Nesa, kamu sedang apa?” tanya Aini dari arah belakang.

Nesa langsung terkejut. Ia menoleh pelan ke arah Aini dan Bobby. Wajahnya panik karena terpergok kedua sahabatnya itu. “Ehmm.. Sebenarnya aku mau cerita, tapi aku takut kalian nggak percaya,” jawab Nesa gugup.

“Kita kan sahabatmu, Nesa. Kalau kamu butuh bantuan, pasti kita akan bantu kamu. Ceritalah!” ucap Aini yang makin penasaran. “Jadi sebenarnya, penampakan Nenek yang ada di pohon itu adalah Nenekku. Ia baru saja meninggal 6 bulan lalu di Australia. Dulu, tanah dan SD Cemara ini adalah milik keluargaku. Dulu, Nenekku selalu teringat dengan mendiang Kakekku, ia selalu duduk termenung di bawah pohon sambil memegang cermin ini,” cerita Nesa sambil menunjuk cermin antik yang tergeletak di bawah.

“Sesaat sebelum meninggal, Nenek menitip pesan untuk menyimpan cermin ini tepat di bawah pohon mangga SD Cemara. Katanya, sih, supaya bisa bertemu lagi dengan mendiang Kakek. Makanya, aku dan keluargaku pindah kembali ke Jakarta dari Australia. Aku sengaja bersekolah di sini, supaya sekalian aku bisa mengembalikan cermin ini,” lanjut Nesa.

Bobby dan Aini lantas mengangguk mengerti. Mereka berdua akhirnya tahu kenapa pohon mangga ini dibilang angker karena penampakan Nenek yang ingin bertemu dengan suaminya. “Oohh.. Jadi begitu ceritanya, ayo kita bantu menggali supaya lebih cepat,” timpal Bobby.

Ketiga sahabat itu pun langsung menggali tanah. “Aku rasa lubang ini sudah cukup dalam,” ujar Aini. “Iya, sudah cukup, kok,” ucap Nesa sembari mengambil cermin dan menaruhnya ke dasar lubang.

Cermin tersebut langsung ditutup dengan timbunan tanah. “Semoga Nenek bisa berbahagia di alam sana, karena pesannya sudah kita penuhi,” tutur Nesa sambil menatap ke arah timbunan tanah di depannya. “Iya, semoga pohon ini tidak angker lagi,” timpal Aini.

“Ayo kita masuk kelas, sudah mulai ramai, tuh,” ujar Bobby sambil menunjuk beberapa siswa SD Cemara yang sudah mulai berdatangan. Ketiga sahabat itu lantas berjalan berbarengan menuju kelas. Namun, tiba-tiba di tengah lapangan, Nesa menengok ke arah pohon mangga.

Alangkah kagetnya Nesa saat melihat bayangan Nenek dan Kakeknya yang sedang berhadapan di depan pohon mangga tersebut. “Bobby, Aini, coba lihat itu,” ujar Nesa menunjuk ke arah pohon.

Dari kejauhan, Nenek dan Kakek nampak tersenyum saling berhadapan satu sama lain. Mereka terlihat bahagia karena sudah bertemu kembali di alam yang sama. Nenek dan Kakek lalu berpelukan dan tiba-tiba menghilang entah kemana. “Akhirnya, mereka kembali berbahagia,” ujar Nesa yang disambut dengan senyum Bobby dan Aini. (SELESAI)

 

Cerita: JFK     Ilustrasi: JFK

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *