Temanggung, majalahjustforkids.com – Pesantren khusus anak-anak berkebutuhan khusus (tuna rungu) ABATA baru-baru ini meluncurkan teknologi assistif yang membantu para santrinya dalam melakukan aktivitas harian bersama seperti belajar dan berkomunikasi. Inovasi yang dinamakan SmartDEAF ini berbentuk jam tangan yang memiliki fitur-fitur penolong bagi penggunanya ketika menghadapi situasi sulit atau mendesak seperti tersasar ataupun terancam keselamatannya.
Menurut Direktur Pesantren ABATA Indonesia, Mukhlisin Nuryanta, inovasi merupakan kata kunci dari pendidikan di lingkungan pesantren sehingga ekosistem yang berada di dalamnya terus berkembang dan tidak stagnan. Pesantren yang didirikan sejak 2017 dan berlokasi di Temanggung ini memiliki tim riset dan pengembangan yang khusus menciptakan temuan baru agar bisa memberikan nilai manfaat, minimal bagi santri-santrinya.
“SmartDEAF ini ide awalnya berasal dari pengalaman kami ketika ada santri yang kabur dari pesantren, sehingga saat ini merepotkan banyak pihak dalam upaya pencarian. Kekhawatiran kami adalah bagaimana jika santri tersebut mengalami pelecehan seksual karena mereka memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, khususnya komunikasi. Dari sinilah lahir ide untuk merancang teknologi assistif atau teknologi pendamping untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan seperti ini,” tuturnya saat dihubungi, Senin (15/5).
Bapak Mukhlisin mengatakan, terdapat tiga fitur utama yang ada dalam SmartDEAF. Pertama, tersedianya tombol darurat saat santri pergi atau tersesat atau terancam keselamatannya. Mereka cukup menekan tombol darurat yang ada di layar, maka secara otomatis akan terkirim pesan untuk minta dijemput dan share location di android guru-gurunya.
“Fitur kedua adalah GPS tracking. Kami dari pengurus, atau pihak keluarga bisa langsung mengetahui keberadaan mereka dengan melakukan pengecekan di android. Lalu ada pula fitur pengingat aktivitas harian, sebagaimana alarm yang bergetar pada jam-jam tertentu yang secara visual menampilkan gambar dan aktivitas apa yang harus dilakukan para santri. Misalnya, sholat dhuha,” ujarnya.
Menurut Ustad Lisin, panggilan akrab Bapak Muhklisin, produk SmartDEAF ini ke depannya juga akan ditawarkan kepada pihak-pihak lain, termasuk juga masyarakat umum yang membutuhkan alat bantu dalam mendampingi anak-anak tuna rungu mereka.
“Ini adalah hasil inovasi ABATA, dan kami berharap ABATA juga bisa berkontribusi untuk masyarakat melalui teknologi ini,” katanya.
Pesantren hafidz Qur’an ABATA yang berlokasi di Manding, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah tersebut saat ini telah memiliki 43 santri putri dan 6 santri putra berkebutuhan khusus. Pesantren yang berdiri sejak 2017 ini memang fokus pada anak-anak tuna rungu yang berasal dari daerah di Indonesia. Fokus konten pembelajarannya lebih mengarah kepada akhlak, ibadah, penghafalan Al Qur’an (tahfidz), komunikasi lisan dan isyarat, pengembangan bakat dan minat, serta kewirausahaan.
“Baru-baru ini kami menggelar acara Wisuda Tahfidz yang juga menjadi pagelaran lelang karya santri-santri tuna rungu kami. Karya yang dijual adalah fotografi, lukisan kanvas, kerajinan tangan sulam berbentuk syal, dan lainnya. Para pengunjung yang membeli karya mereka antara lain pejabat pemerintah, pengusaha serta ketua ormas. Kami ingin memberikan apresiasi bahwa karya mereka bisa dihargai dan punya nilai jual. Ini sangat penting dalam konsep pendidikan anak berkebutuhan khusus, terlebih untuk menumbuhkan rasa percaya diri mereka,” tutupnya.
Pesantren ABATA saat ini membuka kesempatan untuk masyarakat Indonesia yang ingin berkontribusi terhadap pengembangan pesantren, baik dari sarana fisik maupun kebutuhan harian para santri yang saat ini berjumlah 49 orang. Sementara sudah ada hampir 200 calon santri tunarungu yang sudah mendaftar belum bisa diterima karena keterbatasan daya tampung pesantren.
Foto: Ist