“Lucky, jangan main game terus! Kerjakan PR kamu!” teriak Ibu dari dapur. Namun, Lucky yang berada di kamar, tak mendengarkan perintah Ibunya itu. Ia masih saja asyik bermain game di handphone-nya. Ibu tiba-tiba muncul di hadapan Lucky sambil bertolak pinggang. “Ibu hitung sampai tiga, kalau kamu tidak mengerjakan PR, handphone itu Ibu sita,” ancam Ibu.

Kepala Lucky menengadah ke atas menatap Ibunya. “Iya, Bu,” ucap Lucky buru-buru beranjak ke meja belajar untuk mengerjakan PR-nya. Ibu lalu pergi dari kamar Lucky.

Beberapa menit kemudian, Lucky malah kembali memainkan game di handphone-nya. PR matematika-nya terbengkalai begitu saja. Padahal, jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Sudah hampir setengah jam, Lucky bermain game balapan mobil kesukaannya di handphone. Tiba-tiba,

Triiing…

Suara pesan singkat masuk ke handphone-nya. “Hmm… siapa, sih, yang mengirim pesan malam-malam begini?!” keluh Lucky. Lucky lantas menghentikan game-nya sementara. Ada pesan singkat dari nomor tak dikenal.

Cepat kerjakan PR kamu!

Begitu isi pesan singkat yang diterimanya. “Hah… Siapa ini? Ahh… Pasti Ibu pakai nomor handphone baru,” gumam Lucky. Ia lalu menutup pintu kamar dan menguncinya. “Nah, pintu sudah ditutup dan dikunci, jadi aku nggak bakal ketahuan main game lagi,” ujar Lucky.

Lucky kembali duduk di kursi dan bermain game. Tak lama kemudian,

Triiing…

Sebuah pesan singkat kembali diterima di handphone Lucky. “Aduuh, siapa lagi, sih?” tanya Lucky penasaran. Sebuah pesan singkat berisi teks dan foto Lucky dari belakang sedang bermain game.

Kenapa kamu masih tetap bermain game? Aku masih melihat kamu bermain game dari belakang.

Spontan, Lucky langsung menoleh ke belakang. Tapi, tak ada siapa-siapa di sana. Ia lalu menyalakan lampu kamar. Suasana kamar yang tadinya remang-remang karena hanya mengandalkan lampu belajar di meja, langsung terang benderang.

“Siapa itu? Ibu?” tanya Lucky pelan. Tak ada siapa-siapa di dalam kamar. Lucky kemudian memeriksa lemari pakaian. Jantungnya berdebar kencang. Rasa takut Lucky kali ini lebih besar daripada sekadar dimarahi Ibu.

Saat pintu lemari dibuka, hanya ada pakaian yang digantung. Lagi-lagi, tak ada orang. Bulu kuduk Lucky berdiri. Sejurus kemudian, Lucky lari keluar kamar dan mencari Ibunya.

“Lucky, kamu kenapa?” tanya Ibu yang sudah berdiri di depannya persis di luar kamar. “Aku takut, Bu!” ujar Lucky sembari memeluk Ibunya. “Lho, memang ada apa?” kata Ibu makin penasaran. “Tadi ada yang memotretku dari belakang dan mengirimnya lewat pesan singkat ke handphone-ku,” cerita Lucky.

“Mana? Coba Ibu lihat,” pinta Ibu. Lucky lalu menunjukkan handphone-nya. Namun, ternyata pesan singkat dari nomor tak dikenal itu sudah tak ada. “Tidak ada pesan dan gambarnya,” ucap Ibu.

“Tadi ada, kok,” kata Lucky bersikukuh sambil mengutak-atik handphone-nya. Tetap saja, tak ada pesan singkat dan gambar yang tadi diterimanya.

“Mulai sekarang, aku janji akan rajin belajar dan mengerjakan PR, Bu,” tutur Lucky dengan wajah menyesal bercampur takut. “Jangan terlalu sering bermain game di handphone juga, ya,” ujar Ibu.

(Cerita: Just For Kids/ Ilustrasi: Just For Kids)

     

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *