Di Indonesia, jumlah orang dengan diabetes terus meningkat dari 10,7 juta pada 2019 menjadi 19,5 juta pada tahun 2021. Peringkat ini naik dari peringkat tujuh ke peringkat lima untuk jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia. Duh!

Diabetes adalah penyakit menahun (kronis) berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal. Permasalahan yang ada saat ini terkait penyakit diabetes adalah sebagian besar (sekitar 3 di antara 4 orang) penderita diabetes tidak menyadari kalau dirinya menderita penyakit diabetes dan kurangnya kesadaran terhadap kontrol berkala.

Sekretaris Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), DR. Dr. Wismandari, SpPD, K-EMD menjelaskan, “Orang dengan diabetes memiliki risiko komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, arteri perifer, retinopati diabetik, nefropati diabetik dan neuropati. Komplikasi diabetes, selain dapat menimbulkan kematian, juga dapat mengurangi kualitas hidup, contohnya gangguan neuropati diabetik yang dapat membuat penderita tidak menyadari bila ada luka pada tubuhnya. Oleh karena itu, orang dengan diabetes harus teratur melakukan konsultasi atau kontrol ke dokter, patuh pada rekomendasi penanganan yang diberikan oleh dokter dan melakukan deteksi dini risiko penyakit penyerta.”

Di antara ragam komplikasi diabetes tersebut, kerusakan saraf paling sering ditemui pada penderita diabetes (31-73%). Tak heran jika orang dengan diabetes umumnya juga mengalami neuropati diabetik, yaitu kerusakan saraf tepi yang ditandai dengan gejala seperti kebas, kesemutan, rasa tertusuk-tusuk, hingga sensasi panas atau terbakar.

Ini sejalan dengan data yang menjelaskan bahwa 50% orang dengan diabetes (1 dari 2 pasien diabetes) menderita Neuropati Perifer yang merupakan salah satu faktor yang mengganggu kualitas hidupnya.

Ketua Tim Kerja Diabetes Melitus, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, dr. Esti Widiastuti M, MScPH mengatakan, “Peningkatan angka orang dengan diabetes sangatlah memprihatinkan. Untuk itu, Pemerintah mengupayakan pengendalian penyakit diabetes sekaligus penyakit penyertanya, seperti neuropati diabetik,” katanya.

“Rasa kebas, kesemutan, rasa seperti tertusuk, dan sensasi panas atau terbakar di tangan dan kaki merupakan gejala umum dari neuropati yang dapat memengaruhi kualitas hidup pasien,” tambah Dokter Spesialis Saraf, DR. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, M.Kes,Sp.S.

Nyeri neuropati diabetik kerap menimbulkan keluhan tidak hanya fisik, namun juga memengaruhi mood dan kualitas hidup penderita diabetes. Nyeri yang berlangsung kronik bahkan dapat menyebabkan timbulnya keluhan depresi.

Anie Rachmayani, Brand Director Personal Healthcare P&G Health Indonesia sedang menjelaskan aplikasi Neurometer

Kerusakan saraf dapat bersifat irreversible jika lebih dari 50% serabut saraf telah rusak. Untuk itu, deteksi dan penanganan sedini mungkin sangat penting dilakukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi vitamin B neurotropik yang telah terbukti efektif menurunkan gejala neuropati diabetik sebesar 66% berdasarkan Studi Klinis 2018 NENOIN.

Mengonsumsi satu tablet berisi Vitamin B1 (100mg), B6 (100mg) dan B12 (5000mg) selain dapat mengurangi gejala neuropati secara efektif, juga terbukti aman digunakan dalam jangka panjang oleh orang dengan diabetes.

Brand Director Personal Healthcare P&G Health Indonesia, Anie Rachmayani mengatakan, “Kampanye “Hidup Bebas Tanpa Kebas dan Kesemutan” terdiri dari berbagai kegiatan seperti seminar, pelaksanaan Neuropathy Check Point di 8 titik di Jakarta & sekitarnya, dan edukasi awam melalui media sosial dan peluncuran NEUROMETER, aplikasi penilaian risiko neuropati pertama di Indonesia, yang dapat diakses melalui akun Instagram Neurobion, yakni @Neurobionid,” katanya.

Lebih lanjut Anie menjelaskan bahwa NEUROMETER berisi beberapa pertanyaan yang dapat menilai risiko seseorang terhadap neuropati. Aplikasi berbasis web ini bukan merupakan alat diagnosis mandiri dan tidak menggantikan diagnosis medis. Namun, hasil dari penilaian risiko ini dapat membantu untuk dapat berkonsultasi lebih lanjut ke dokter.

Jadi, jangan tunggu sampai terlambat ya, Moms. Lakukan pencegahan awal dengan melakukan deteksi dini adanya risiko terhadap neuropati.

Foto: Efa, Ist

 

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *