Sejak kecil, Belu si ikan paus putih tinggal bersama Peri Hitam di Kutub Utara. “Keluargamu ditangkap kapal hitam. Aku tidak sempat menyelamatkan mereka,” cerita Peri Hitam. “Tapi, kau telah menyelamatkan aku, Peri Hitam, aku sangat berterima kasih,” kata Belu.
“Kau tidak perlu bermain dengan siapa pun, Belu. Kita berdua adalah makhluk terkuat di Kutub Utara. Kita tidak membutuhkan yang lain,” kata Peri Hitam. Belu selalu menuruti perintah Peri Hitam sebagai balasan hutang budi. Sebenarnya, hati Belu sangat sedih.
“Belu, mengapa kau selalu saja mengusir kami?” tanya kawanan singa laut yang sedang bersantai. “Karena Peri Hitam juga ingin berjemur seperti kalian,” kata Belu datar. “Kalau begitu, tidak bisakah kita berjemur bersama-sama?” tanya seekor singa laut. “Tidak bisa, karena Peri Hitam ingin sendirian saja!” jawab Belu dengan sorot mata hampa.
Para singa laut menangis sedih. Tangisan mereka membuat tidur Huhu, si burung hantu salju terganggu. “Belu dan Peri Hitam mengusir kami lagi,” seru singa-singa laut. “Kami menangis keras setelah berdiskusi tentang Belu. Jika kau perhatikan sinar matanya, dia sebetulnya sangat kesepian,” seekor singa laut berkata dan kemudian menangis lebih keras. “Kalau begitu, aku akan berdoa agar semua ini ada jalan keluarnya,” kata Huhu khidmat.
Waktu berlalu dengan cepat, dan hari Natal hampir tiba. “Bolehkah aku meminta hadiah pada Bapak Natal?” tanya Belu pada Peri Hitam. “Tidak usah, Belu. Lagi pula Bapak Natal tidak akan datang ke sini lagi. Dia akan kubekukan dengan sihirku! Simpan rahasia ini baik-baik,” kata Peri Hitam. Belu sangat terkejut dan ketakutan.
Huhu si burung hantu salju, kembali mendengar suara tangisan. Alangkah terkejutnya Huhu ketika mendatangi sumber suara tangisan itu. “Belu?! Apa yang terjadi?” tanya Huhu. Belu menceritakan maksud Peri Hitam yang ingin berbuat jahat pada Bapak Natal.
“Aku harus menyelamatkan Bapak Natal yang selalu baik hati dan memberi kebahagiaan pada anak-anak!” tekad Belu. “Kami akan membantumu, Belu!” seru para singa laut yang bermunculan. “Maafkan aku yang selalu mengusir kalian..,” kata Belu sedih. “Tidak apa, Belu. Kami tahu kau selalu terpaksa melakukan perintah Peri Hitam,” kata seekor singa laut tersenyum. “Ikuti aku! Aku tahu rumah Bapak Natal!” kata Huhu.
Belu berenang dengan bersemangat bersama para singa laut, mengikuti bimbingan Huhu yang terbang di langit penuh bintang. Akhirnya, mereka tiba di dataran tinggi putih bersalju yang tertutup awan, tempat tinggal Bapak Natal.
“Bapak Natal, kau tidak bisa pergi ke Kutub Utara. Peri Hitam akan menyihirmu!” seru Belu. “Ho-ho-ho, kau benar paus putih yang baik hati, Belu. Tapi…setelah ini, tidakkah kau takut kalau Peri Hitam akan membencimu?” kata Bapak Natal. “Aku tidak ingin dibenci Peri Hitam karena dia telah menyelamatkanku saat aku kecil. Tapi, aku juga ingin bermain dengan hewan-hewan lain. Tetapi, yang paling utama…aku tidak mau Peri Hitam berbuat jahat dan merugikan yang lain,” ucap Belu.
“Kita tidak bisa mengubah sifat jahat Peri Hitam, kecuali dengan satu jalan,” ujar Bapak Natal mengeluarkan sebuah jam kantung emas yang sangat indah. Tapi…aneh sekali! Jam itu hanya memiliki angka 0 dan 10! Bapak Natal memberikan jam itu pada Belu. “Ini hadiah untukmu. Dekatkan jam ini pada Peri Hitam ketika ia sedang tidur dan putarlah jarum jam ini ke angka 0. Lalu, keajaiban akan terjadi!” kata Bapak Natal.
Diam-diam, Belu memutar jam kantung emas di dekat Peri Hitam. Tiba-tiba, sinar keemasan menyelimuti tubuh besar Peri Hitam! Setelah sinar itu hilang, Belu berseru terkejut, “Peri Hitam berubah menjadi anak-anak!”
Lalu, di langit yang gelap muncullah sinar aurora berwarna-warni. Kereta Bapak Natal yang ditarik oleh rusa-rusa rupawan, muncul dan mendarat di dekat Belu. “Benar, Belu. Hanya dengan menjadi polos seperti anak-anak lagi, Peri Hitam akan bisa menjadi baik. Kau bisa membesarkan dia bersama dengan teman-temanmu yang mengerti kebaikan dan kejahatan. Mulai sekarang, dia bukan lagi peri yang hitam,” kata Bapak Natal.
Maka, Natal tahun ini, seluruh penghuni Kutub Utara bergembira menyambut seorang anak peri yang lucu dan polos! “Namanya Peri Putih! Seperti salju di Kutub Utara ini,” kata Belu memeluk si anak peri.
Cerita: Seruni Ilustrasi: JFK