Teman-teman pernah mendengar generasi Alfa? Generasi Alfa adalah anak-anak yang lahir di tahun 2010 ke atas, saat perkembangan teknologi sudah semakin pesat. Mayoritas mereka merupakan anak dari generasi millenial atau generasi Y. Angkatan tertua generasi Alfa, saat ini berusia 9 tahun atau duduk di Sekolah Dasar kelas 2 atau 3.
Generasi Alfa, bisa dibilang sangat melek teknologi. Gawai atau gadget, sudah menjadi bagian hidup mereka. Sayangnya, banyak orangtua millenial yang kebablasan. Screen (layar), baik televisi atau smartphone, sudah menjadi pengganti nanny (pengasuh) bagi anak-anaknya. Anak rewel sedikit, langsung disodorin smartphone, yang penting anak diam dulu.
Kebiasaan ini tentu bisa mendorong anak semakin tak bisa dijauhkan dengan gadget. Bila tak diantisipasi, mereka bisa kecanduan atau ketergantungan. Selain itu, kehidupan yang serba instan berisiko membuat anak-anak generasi Alfa jadi malas gerak, apa-apa maunya serba dilayani. Ini tentu berdampak buruk bagi kesehatan, karena bisa memicu obesitas (kegemukan).

“Itulah pentingnya orangtua mengajak anak bermain. Selain mengalihkan mereka dari paparan gadget, bermain bersama bermanfaat sebagai perekat bonding (ikatan) antara orangtua dan anak, menumbuhkan rasa percaya anak kepada orangtua. Nah, permainan imajinatif sangat pas dilakukan oleh anak-anak generasi Alfa,” ujar Psikolog Pendidikan dan Pendiri Rumah Dandelion, Binky Paramitha, saat ditemui di acara peluncuran seri booklet “The Power of Play” bersama spesialis mainan edukatif Early Learning Centre (ELC) di Jakarta, Rabu (6/3/2019).
Permainan imajinasi, katanya, mulai muncul di usia 18 bulan, semakin komplek dan sering dilakukan ketika anak berusia 3 hingga 5 tahun. Ada berbagai manfaat dari bermain imajinasi, antara lain meningkatkan kecerdasan, kemampuan berbahasa, serta mengoptimalkan aspek sosial emosional anak.
Selain itu, permainan imajinasi memicu anak untuk lebih kreatif. Mereka juga belajar untuk bekerja sama dan berkompromi saat bermain peran dilakukan bersama-sama teman atau orangtuanya.
Ya, saat melakukan permainan imajinatif, ada tiga komponen yang perlu anak lakukan. Yaitu, menciptakan situasi imajinasi, menetapkan suatu tokoh/karakter dan memerankannya, lalu mengikuti aturan-aturan tertentu untuk memerankan tokoh/karakter dengan baik.
Permainan imajinasi menekankan pada nilai bermain dengan boneka dan tokoh aksi mainan. Bentuk permainan ini mendorong anak-anak untuk belajar bagaimana berinteraksi secara sosial dan mengembangkan isyarat sosial dengan bereksperimen dengan kontak mata, menggunakan nada dan emosi yang berbeda.
Anak-anak juga belajar melakukan percakapan, yang mereka lakukan dengan berbicara dengan boneka dan tokoh aksi mereka dan membayangkan tanggapan. Bermain dengan tokoh-tokoh aksi juga membantu membangun harga diri, karena setiap anak bisa menjadi pahlawan – hanya dengan berpura-pura.

“Imajinasi anak itu tanpa batas, ya. Orangtua bisa ikut bermain peran bersama, sekaligus mengarahkan dan memperdalam imajinasi anak. Orangtua juga perlu turun tangan bila melihat imajinasi anak sudah membahayakan, misalnya, anak berpura-pura jadi Superman, terus mau lompat dari tempat yang tinggi karena merasa bisa terbang. Nah, di sini orangtua perlu ikut campur dan mengoreksi imajinasi anak dan memberikan pemahaman,” katanya.
Binky menyarankan agar orangtua selalu meluangkan waktu untuk menemani anak bermain. Juga, menyediakan fasilitas pendukung melalui media bermain yang tepat.
Bicara soal media bermain, Merry Inggriani, Mom dari selebgram cilik, Moonella, sangat puas dengan adanya ELC. “Aku sih happy, karena ELC itu one stop entertainment, selalu sediakan mainan yang dibutuhkan tumbuh kembang anak. Sekarang ini Monel lagi suka banget nyanyi dan main musik. Jadi, di rumah aku bikin sendiri panggung-nya. Di sana ada piano-pianoan, drum-drum-an. Dia senang banget. Permainan peran lain seperti polisi-polisian, dokter-dokteran, masak-masakan, pun dia ada. Pernah, dia dijalan habis melihat Pak Polisi, langsung di rumah main polisi-polisian, niup peluit kayak polisi beneran, hehe…” ujarnya yang selalu berusaha ikut bermain mendampingi Monel.
Informasi mengenai aspek tumbuh kembang anak dan rekomendasi mainan sesuai kategori usia anak dapat ditemukan pada seri booklet “The Power of Play” terbaru dari ELC yang didukung oleh para pakar mulai dari psikolog dan dokter. Seri booklet ini bisa segera didapatkan di seluruh toko Early Learning Centre mulai dari tanggal 6 Maret 2019.
“Seiring tumbuh kembang anak-anak generasi Alfa, kami akan selalu ada untuk mengingatkan dan menghimbau orangtua tentang betapa pentingnya bermain dan berinteraksi dengan anak,” tutup Ibu Lina Paulina, Vice President Early Learning Centre Indonesia. (Foto: dok. ELC)