Pagi hari ini Rini terbangun lebih lambat dari biasanya. “Aduh, aku kesiangan!” serunya. Tapi kemudian dia melihat kalender yang tergantung di kamarnya dan ternyata hari ini adalah hari Minggu. “Oh iya aku lupa…,” katanya. Rini lalu melihat ke jendela. “Mendung.. pantas saja,” gumam Rini sambil mengusap matanya.
Biasanya Rini menyukai langit yang mendung, karena suasananya cocok untuk tidur pulas. Apalagi di hari libur! Tapi khusus hari ini, Rini merasa sedih. Lalu dia ingat kenapa. Kemarin, tidak sengaja Rini mendengar pembicaraan Mama dan Papa. Mereka berkata kalau Lebaran tahun ini masih sama prihatinnya dengan tahun lalu. Berarti tidak ada baju baru, sepatu baru, dan kue-kue dari restoran yang enak! Rini ingin sekali kue rasa pandan dari sebuah toko kue. Kue itu hanya dibuat saat Lebaran tiba. Rini ingin menangis rasanya! Ini semua gara-gara virus menyebalkan itu!
Papa dan Mama Rini memiliki usaha restoran yang cukup sukses. Tapi pandemi yang menyebalkan datang, dan usaha restoran Papa dan Mama Rini menjadi sulit. Bisa dibilang keluarga Rini kini mengalami kesulitan keuangan. Tabungan Papa dan Mama yang dikumpulkan sejak dulu, sekarang harus diambil untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Bulan puasa tiba. Rini dan teman-temannya juga ikut berpuasa. Entah kenapa rasanya tahun ini jadi lebih berat dari sebelumnya, mungkin karena harapan Rini tentang Lebaran yang meriah tidak terjadi. “Rini, yang sabar, ya. Sekarang keadaan belum membaik, tapi kita harus tetap tabah,” nasihat Papa dan Mama.
Di hari pertama puasa, teman-teman Rini menceritakan menu buka puasa mereka masing-masing lewat gadget. “Aku biasa saja, “ kata seorang teman Rini. “Tahun kemarin lebih baik dari tahun ini,” seorang teman Rini yang lain mengeluh. “Sama denganku,” Rini mengeluh juga. “Tahun ini, aku bisa makan kue dan es krim,” kata teman Rini bernama Lisa. “Waah…asyik banget Lisa!” seru Rini dan teman-teman lainnya. Enak sekali Lisa, pikir Rini. Hal ini membuat Rini marah.
Suatu hari ketika sedang berbuka, Mama bertanya pada Rini. “Kok cemberut, Rini? Ada apa?” Rini terpaksa jujur pada Mama. “Aku iri sama Lisa, Ma, dia tidak kesulitan di masa pandemi ini,” kata Rini. “Rini, kamu tidak boleh begitu. Sekarang kan sedang bulan puasa, apa artinya jika kamu berpuasa tapi hatimu penuh dengan rasa iri? Kamu juga tidak ikhlas dengan cobaan yang sedang terjadi. Justru kamu harus bersyukur,” kata Mama menasihati Rini.
“Rini, kalau kehidupan kita senang terus menerus, akan terasa hampa. Kita harus semangat karena diberikan kesempatan untuk berjuang dan meraih kemenangan bersama di hari Lebaran nanti. Ayo, kita berjuang bersama!” kata Papa. Mendengar nasihat dari Mama dan mendapatkan dorongan semangat dari Papa, Rini jadi senang, dan akhirnya mendapatkan pengertian!
Lebaran tiba. Rini dan teman-temannya saling mengucapkan selamat Lebaran secara virtual. “Lisa, mohon maaf lahir dan batin, ya,” kata Rini. “Aku juga minta maaf, ya, Rini, kalau ada kesalahan,” kata Lisa. “Tidak Lisa, justru aku yang banyak salah padamu, maaf ya!” seru Rini dalam hati.
“Rini, ada kiriman!” Mama berseru dari luar kamar. Rupanya itu kiriman dari Lisa. Kue pandan yang Rini inginkan! Rini sangat gembira. Dia langsung menelepon Lisa dan berterima kasih. “Nah, Rini sudah berhasil membersihkan hati dan memperoleh pengertian Lebaran tahun ini. Ini berkah buat Rini,” kata Mama dan Papa. “Iya, Pa, Ma. Rini janji akan berusaha lebih baik lagi tahun depan!” kata Rini penuh syukur.
Cerita: Seruni Ilustrasi: Agung