Bon adalah anak yang bercita-cita tinggi karena sudah sejak kecil dia hidup susah. Bon yang sudah sebatang kara sejak kecil, harus bersusah payah untuk bisa memperoleh pendidikan. Bon sudah bekerja sejak usianya 10 tahun untuk bisa bersekolah. Untungnya Bon anak yang pintar, jadi dia bisa memperoleh beasiswa dari seorang penyumbang yang baik hati. Bon ingin tahu siapa penyumbang ini, tapi si penyumbang tak ingin namanya diketahui.
Bon yang sekarang sudah dewasa, berusaha mencari tahu siapakah penyumbang yang sudah dianggapnya sebagai pengganti orangtuanya itu. Tapi, sia-sia. “Harapanku, suatu saat nanti bisa bertemu dengan orang baik hati itu,” kata Bon.
Bon meminta tolong seseorang untuk terus mencari kabar tentang si penyumbang dana. Bon yang pintar, tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan pekerjaan pada sebuah perusahaan. Perusahaan ini bernama Mega. Mega adalah perusahaan yang bergerak di bidang penelitian untuk kesejahteraan kehidupan manusia.
Waktu berlalu dan Bon kini menjadi kepala peneliti di perusahaan Mega. Dia sudah meraih ketenaran dan kekayaan. Kini Bon sedang membuat robot penebang. Robot ini bisa membantu manusia menebangi pohon sekuat apapun! Kedepannya, akan banyak lahan yang bisa dibuka untuk tempat tinggal manusia. Teman-teman Bon sangat antusias dengan penemuan tersebut. “Pasti akan banyak uang yang didapatkan dari penemuanmu, Bon!” seru mereka senang.
Suatu hari, Bon melakukan uji coba robot penebang tersebut. Di sebuah hutan, ada pohon yang selama ini tidak bisa ditebang, tapi robot buatan Bon bisa menebangnya. Bon sangat gembira dengan keberhasilan penemuannya. Akan banyak keuntungan mengalir seperti air! “Ini penemuanku yang terbaik!” seru Bon senang.
Suatu ketika, Bon mendapat kabar dari orang yang dimintai tolong olehnya untuk mencari identitas penyumbang dana yang sudah menolongnya. “Aku sudah tahu siapa orang-orang itu, Tuan Bon. Sekarang ini mereka ada di rumah sakit, dan di sebuah ruangan khusus. Mereka terkena penyakit aneh,” kata orang yang dimintai tolong Bon. Bon yang khawatir, segera pergi ke rumah sakit untuk menemui orang-orang yang selalu dikaguminya itu.
Rupanya, si penyumbang dana adalah dua orang nenek dan kakek berwajah ramah. Mereka sangat senang bertemu dengan Bon, walaupun harus dihalangi dengan kaca tebal. “Beberapa waktu lalu, kami menderita jenis penyakit baru. Penyebabnya belum diketahui, tapi dokter yang memeriksa kami, cukup yakin kalau kami terkena serbuk kayu pohon tua yang belum lama ditebang oleh peneliti perusahaan Mega,” kata si Kakek.
Mendengar itu, Bon menangis. “Maafkan aku, akulah yang menebang pohon itu!” kata Bon menyesal. “Bon, usahamu untuk sukses dan terkenal demi kesejahteraan manusia dan kekayaan, memang hebat. Tapi ingatlah, manusia tidak hidup sendiri di bumi ini. Kita hidup saling bergantung dengan alam. Alam terlihat bisa dikuasai, tapi ternyata tidak. Lihat apa yang terjadi dengan kami. Kita harus menjaga dan menghormati alam,” kata si Nenek.
Bon kini berubah. Dia memutuskan untuk berhenti mengejar kekayaan dan hanya memikirkan keuntungan manusia saja dalam penelitiannya. Bon mengajak teman-temannya untuk melihat hal ini dan mereka setuju. Pimpinan dan pemilik perusahaan pun tersentuh dengan semangat Bon dan teman-temannya.
Perlahan namun pasti, perusahaan Mega menjadi perusahaan yang peduli pada alam. Sebagai permulaan, Bon dan teman-temannya melakukan penelitian untuk menemukan alat yang bisa menumbuhkan pohon dengan cepat. Dan seiring dengan waktu, Kakek dan Nenek juga sembuh karena kegembiraan mereka melihat tekad Bon untuk kebaikan.
Cerita: Seruni Ilustrasi: Agung