Nana dan Mari duduk mendengarkan Bibi Etna bercerita. “Sudah satu bulan ini orang-orang perumahan yang menjemur sapu tangan, syal, atau kain lap, kehilangan benda-benda itu!” ujar Bibi Etna memulai ceritanya. “Hah?! Aneh sekali!” seru Nana dan Mari berbarengan. “Yang lebih aneh lagi, tidak satu pun dari benda-benda itu cukup berharga untuk dijual kembali! Jadi, buat apa dicuri?” jelas Bibi Etna.
Sore harinya di kamar, Nana dan Mari berpikir keras tentang kejadian aneh yang diceritakan Bibi Etna. “Siapa yang melakukannya? Apakah manusia, atau…,” gumam Nana tidak mau memikirkan kemungkinan yang kedua!
KRIIIIING!! Tiba-tiba, mereka dikejutkan oleh suara telepon genggam Nana. Rupanya, yang menelepon adalah Bedi. Dia berkata kalau perumahan Delima Indah adalah tempat Bibi Etna tinggal. “Ya, aku sudah tahu!” seru Nana. Dia lalu menceritakan kejadian aneh yang terjadi di perumahan. “Kak! Pelakunya pasti…hantu! Kejadian ini juga sudah dibahas di acara Pemburu Hantu! Kalau aku jadi Kakak, aku akan pulang sekarang juga!” seru Bedi ketakutan dengan suara keras yang bisa didengar jelas oleh Mari yang duduk di sebelah Nana. Bedi lalu mengakhiri pembicaraan, meninggalkan Nana dan Mari yang merinding ngeri.
Waktu menunjukkan pukul 2 dini hari ketika Nana dan Mari terbangun mendengar suara keras. “Arahnya dari tempat jemuran Bibi Etna!” bisik Nana pada Mari. “Ayo kita lihat! Jangan khawatir! Kita kan bisa karate!” seru Mari. “Tapi, bagaimana kalau pelakunya tidak punya badan?” pikir Nana.
Nana dan Mari berjalan perlahan sambil membawa senter kecil. Mereka makin dekat ke tempat Bibi Etna menjemur jemurannya….
Nana melihat sesuatu, putih, kecil, dan bergerak-gerak cepat! Mari juga melihatnya, dan dia mundur beberapa langkah ke belakang, wajah Mari pucat ketakutan. “Itu jelas bukan manusia!!” ujarnya dalam hati.
Nana tiba-tiba merasakan keberaniannya yang luar biasa, dan segera berjalan cepat menghampiri makhluk misterius yang tertutup kain putih. “Tunjukkan dirimu!!” seru Nana.
“Nana!” jerit Mari. Nana menarik kain putih yang menutupi makhluk kecil yang bergerak-gerak seolah ingin melepaskan diri itu dan….
“Meong!” Seekor kucing belang tiga menatap Nana dengan mata hijaunya yang cemerlang.
Nana dan Mari tertawa terbahak-bahak. “Nana, Mari! Apa yang terjadi? Aku mendengar suara keras dan teriakan kalian!” seru Bibi Etna yang baru saja keluar dari kamarnya untuk melihat keadaan. “Maafkan kami, Bibi! Tapi lihatlah! Kami sudah menemukan pelaku pencurian saputangan, syal, dan kain lap yang meresahkan warga perumahan!” kata Nana sambil menggendong si kucing belang tiga.
“Astaga! Jadi, pelakunya seekor kucing?! Pantas saja dia bisa menyusup melalui jendela kecil yang tidak bisa dimasuki oleh orang!” seru Bibi Etna sambil tertawa.
Nana dan Mari yang sudah kembali ke kota, menceritakan pengalaman mereka pada Bedi. “Jadi, semua itu hanya ulah seekor kucing?!” seru Bedi tidak puas. “Kamu pikir itu ulah hantu? Tentu saja bukan! Dan yang lebih baik lagi, Bibi Etna yang sudah lama ingin punya kucing, akhirnya bisa berbahagia!” kata Nana. “Ya, dia pasti sekarang berusaha mendidik si kucing agar tidak mencuri lagi!” ujar Mari tertawa.
(Cerita: Seruni/Ilustrasi: JFK)