Liburan sekolah telah tiba. Akhirnya, Nana  bisa menginap di rumah Bibinya. Rumah Bibi Etna sangat indah karena tempatnya jauh dari kota yang bising seperti tempat Nana tinggal.

“Ini foto rumah Bibi Etna. Kamu mau ikut aku menginap di sini?” tanya Nana pada sahabatnya, Mari. Nana menunjukkan sebuah foto rumah dengan latar belakang pegunungan yang memesona. “Aku mau! Terima kasih, Nana!” ujar Mari sambil memeluk Nana. “Aku senang sekali kamu mau menemani aku!” kata Nana dengan wajah berseri-seri.

Sepulang sekolah, Nana menyiapkan pakaian dan berbagai macam barang yang akan dibawanya untuk menginap di rumah Bibi Etna. Tiba-tiba, Bedi, adik laki-laki Nana yang duduk di kelas 2 SD, muncul dari balik pintu kamar Nana dan berseru, “Kak Nana! Acara Pemburu Hantu-nya mulai! Nggak mau nonton, nih?” “Aku lagi beres-beres! Nonton saja duluan sana!” kata Nana.

Tak lama, setelah selesai beres-beres, akhirnya Nana turun dan duduk bersama Bedi. “Yaaah.. Kak Nana telat! Acaranya sudah habis!” kata Bedi yang baru saja mematikan televisi. “Tadi, tim pemburu hantunya pergi ke mana?” tanya Nana. “Ke Perumahan Delima Indah di Puncak. Katanya, lokasi Delima Indah dulunya hutan lebat! Nah, di hutan ini ada pohon keramat, tempat tinggal roh penjaga hutan! Roh itu kesal karena hutan miliknya ditebang untuk dijadikan perumahan. Memang sebagian orang yang tinggal di perumahan itu suka mengalami kejadian aneh…,” cerita Bedi panjang lebar.

Nana menguap.“Iiih, Kakak nggak sopan! Aku kan lagi cerita!” gerutu Bedi. “Maaf deh, Kakak ngantuk banget soalnya. Besok Kakak harus berangkat pagi-pagi untuk menjemput Mari,” kata Nana sambil menaiki tangga. Di tengah tangga, Nana berhenti. “Eh..perasaan Kakak pernah dengar perumahan Delima Indah deh, tapi di mana ya?” ucap Nana memandang Bedi. “Aku juga pernah mendengarnya! Besok akan kutanyakan pada Ayah atau Ibu,” kata Bedi.

Keesokan harinya, Nana bangun pukul 5 pagi dan pergi sarapan. Setelah itu, dia langsung berangkat. Nana tidak sempat berbincang dengan Bedi lagi tentang perumahan Delima Indah. “Aku juga lupa bertanya ketika pamitan pada Ayah dan Ibu!” kata Nana kecewa.

Mari sudah menunggu di kebun rumahnya ketika Nana datang. “Akhirnya, kita pergi ke Puncak juga!” seru Mari gembira. Karena perjalanan jauh dan macet, Nana dan Mari tertidur.  Sebuah suara ceria yang akrab di telinga Nana membangunkannya. “Kita sudah sampai, Non!” suara Pak Pardi, sopir yang sudah lama bekerja dengan keluarga Nana. “Aduh! Aku selalu tertidur kalau pergi ke rumah Bibi Etna!” kata Nana. Nana yang terbangun, melihat sebuah plakat nama besar dan indah dengan hiasan batu di sekelilingnya yang bertuliskan: PERUMAHAN DELIMA INDAH.

Nana ternganga dan berseru dalam hati, “Mengapa aku bisa lupa? Perumahan Delima Indah adalah perumahan tempat Bibi Etna tinggal! Ini GAWAT SEKALI!”

“Selamat datang, Nana dan Mari! Nikmati kunjungan kalian di rumahku ya! Anggap saja rumah sendiri!” sambut Bibi Etna dengan gembira. “Terima kasih, Bibi!” seru Nana dan Mari.

“WUADUH!” Tiba-tiba Nana berseru kaget. Rupanya, dia hampir saja terjatuh karena terpeleset sesuatu di lantai. Dia mengambilnya. “Lho? saputangan?” ucap Nana. “Astaga! Maaf, Nana! Aku tidak sengaja menjatuhkan saputangan itu ketika memindahkan jemuran ke tempat lain! Ah, sudahlah! Sekalian saja aku ceritakan kejadian aneh yang belakangan ini terjadi pada kalian!” kata Bibi Etna. (Bersambung…)

(Cerita: Seruni/Ilustrasi: JFK)

 

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *