Tokeeek… tokeeek… tokeeek… tokeeek… tokeeek… tokeeek…
“Kenapa cuma enam kali, bukannya supaya beruntung itu harus tujuh, ya?” gumam Listi. Suara tokek terdengar dari rumah kosong samping rumah Listi.
Listi lalu berjalan menuju balkon rumahnya. Tiba–tiba, pandangan matanya tertuju pada sosok ibu tua di dalam rumah kosong. “Bu… Bu… rumah itu kosong. Ibu mau cari siapa?” tanya Listi setengah berteriak.
Ibu tua hanya membalas dengan senyuman. Ia lalu beranjak keluar dari rumah kosong. Listi berpaling sejenak mencari suara tokek. “Ini kan sudah tengah malam, kenapa ada orang bertamu ke rumah kosong, ya?” tanya Listi penasaran.
Listi kembali mencari di mana si ibu tua. Jantung Listi berdegup kencang, karena ia tidak mendapati ibu tua itu. Padahal, baru beberapa detik ia mengalihkan pandangannya. Listi pun bergegas masuk kembali ke kamarnya. Tak lupa, Listi mengunci pintu balkon kamarnya.
Dini hari, Listi terbangun. Ia merasa kedinginan. Ternyata, angin masuk dari pintu balkon yang terbuka. Gorden pintu berkibar-kibar tertiup angin. “Lho, aku kan sudah mengunci pintunya?” ucap Listi sembari menutup pintu. Ia lalu melanjutkan tidur kembali sambil menahan rasa takut.
Keesokannya di sekolah. “Listi, ada tugas Biologi dari Bu Inka, kita disuruh mencari dan mengamati tingkah laku tokek,” ucap Reino, teman satu kelompok Biologi di kelas. “Oke, kita cari tahu di perpustakaan saja,” timpal Listi, dengan sedikit terkejut mendengar kata ‘tokek’. Listi pun bergegas menuju perpustakaan. Ia langsung mencari di internet mengenai bebunyian tokek dan kebiasaannya.
“Kalau tokek berbunyi jumlahnya genap, maka ada hantu di sekitarnya,” ucap Listi membaca artikel di internet. Dahinya berkerut, “Tokek di rumah kosong itu tadi malam berbunyi enam kali, berarti ada hantu dong di sekitar situ. Jangan-jangan, ibu tua itu adalah hantu!”
Listi buru-buru pergi ke luar perpustakaan. “Kenapa muka kamu pucat sekali?” tanya Reino kebingungan saat berpapasan dengan Listi. “Katanya, kalau bunyi tokek jumlahnya genap, maka ada hantu di sekitar tokek itu. Tadi malam, aku mendengar bunyi tokek 6 kali!” cerita Listi. “Masa sih? Bikin aku penasaran saja! Nanti malam aku ke rumahmu ya, aku ingin membuktikan sendiri,” timpal Reino.
Malam harinya, Reino datang ke rumah Listi. Ia menunggu di balkon kamar bersama Listi untuk mendengar suara tokek.
Tokeeek…. Tokeeek…. Tokeeek…. Tokeeek…. Tokeeek…. Tokeeek….
“Enam kali bunyinya!” teriak Reino. Listi penasaran! Ia melihat ke rumah kosong. Tapi tak ada ibu tua atau siapa pun di sana. “Mana hantunya? Aku tidak melihat siapa-siapa!” ucap Reino. “Tapi kemarin ada ibu tua di rumah kosong itu,” jawab Listi sambil menengok ke arah rumah kosong.
“Mungkin hanya cerita bohong di internet saja! Lebih baik aku pulang ya, Listi,” ujar Reino sambil beranjak pulang. Listi pun seorang diri di balkon kamar. Saat akan membalikkan badan, tiba-tiba perempuan tua terlihat berada di dalam rumah kosong.
“Itu ibu tua yang kemarin,” gumam Listi mematung dengan wajah pucat. Dari kejauhan, ibu tua tersebut melambaikan tangannya dan tersenyum kepada Listi. Si ibu tua terlihat mengenakan daster ungu yang sama dengan kemarin. Ia berjalan pelan menuju pintu keluar rumah kosong. Perlahan, tubuh ibu tua itu menghilang di kegelapan jalan depan rumah.
Listi buru-buru masuk ke dalam kamar. Ia langsung bersembunyi di dalam selimut dan berusaha untuk tidur. “Ibu tua itu belum tentu hantu, mungkin dia pemulung atau orang tersasar saja,” ucap Listi dalam hati sambil berusaha memejamkan mata. (Teks: Just For Kids/ Ilustrasi: Just For Kids)