Di lapangan, ada banyak anak yang sedang bermain layang-layang.
“Kita adu dengan layang-layang itu, yuk!” ajak Adi sambil menunjuk layang-layang lain di langit. “Ayo, siapa tahu aku yang menang!” timpal Rian.
Layang-layang Adi dan Rian mulai menghampiri layang-layang lawan. “Aduh, aku kalah! Layang-layangku putus,” teriak Adi. “Tenang saja, biar aku yang membalas kekalahanmu, Di,” ujar Rian.
Layang-layang Rian mulai bergerak menyerang. Terik matahari tak menyurutkan semangat kedua sahabat ini bermain layang-layang. “Yaaaaahh.. Aku juga kalah!” kata Rian dengan muka sedih. Layang-layangnya pun putus dan terbang menjauh entah kemana.
“Kita tak punya layang-layang lagi, nih!” kata Rian. “Yuk, kita beli lagi di warung Pak Eko,” ajak Adi.
“Ngapain beli?! Kita tunggu layang-layang putus saja, lalu kita kejar dan tangkap, deh!” tutur Rian.
Tak lama kemudian, di langit terlihat sebuah layangan putus dan mulai jatuh ke bawah.
“Ayo, kita kejar, Di,” ajak Rian. Kedua sahabat ini langsung mengejar layang-layang putus. Layangan itu mulai turun ke bawah dan jatuh di sebuah pekarangan.
Pekarangan itu dibatasi pagar kayu reyot yang mulai lapuk. Tak jauh dari pekarangan, ada bangunan rumah kosong yang tak terawat. Layang-layang incaran Adi dan Rian terjatuh di dalam pekarangan. Persis di dekat sebuah sumur tua.
“Bagaimana kita mengambilnya?” tanya Adi dengan raut wajah ketakutan. “Kita lompati pagar ini saja, tidak terlalu tinggi, kan?” jawab Rian.
“Hmm.. Tapi tempat ini menyeramkan! Kamu yakin di sini nggak ada penunggunya?” tanya Adi kembali. “Ahh.. Siang bolong begini masa ada hantu gentayangan?!” timpal Rian yang langsung melompati pagar kayu. Adi lalu menyusul sahabatnya itu.
Tiba-tiba, seorang anak seumuran, muncul dari balik sumur. Dengan cekatan, ia mengambil layang-layang incaran Adi dan Rian. Setelah mengambil layang-layang, anak misterius itu tersenyum ke arah Adi dan Rian.
Ia lalu membalikkan badannya dan berjalan menuju sumur tua. Baju putih yang dikenakan anak tersebut terlihat lusuh dan kotor. Sesampainya di tepi sumur, tak diduga ia langsung melompat ke dalam sumur.
Adi dan Rian benar-benar terkejut! “Wah, kenapa dia melompat ke dalam sumur?” tanya Adi penasaran. Keduanya kemudian berjalan mendekati sumur.
Saat melongok ke dalam sumur, Adi dan Rian tak melihat anak misterius itu. Yang ada hanyalah air kotor dan lumut yang menghiasi dinding sumur. “Kemana perginya anak itu? Apa dia tenggelam?” Rian bertanya bertubi-tubi.
“Kalau dia nyebur ke dalam sumur, pasti kelihatan jejak air yang muncrat! Tapi lihat saja, airnya nampak tenang,” tutur Adi.
“Jangan-jangan, anak itu hantu?” Rian bertanya-tanya. Keduanya saling beradu pandang dan langsung mengambil langkah seribu.
“Aku baru ingat sekarang! Ibuku pernah cerita, 5 tahun lalu ada anak yang tercebur ke dalam sumur saat mengejar layang-layang. Tak ada warga yang tahu kejadiannya. Anak itu nggak pernah ditemukan hingga sekarang. Yang ditemukan hanya sepasang sandal miliknya di dalam sumur!” cerita Adi kepada Rian sambil berlari pulang ke rumah.