“Hatsyi!” Binda mendadak bersin, membuat layar komputernya jadi buram. “Aduh, mulai pilek nih!” jeritnya kesal. “Aku harus makan banyak, dan minum obat!” katanya lagi. “Bi Nung, masak apa hari ini? Ada yang panas-panas, nggak?” tanya Binda. “Kalau yang panas-panas mah ada, kompor sama setrika, Non,” kata Bi Nung. “Aduh, Bi Nung. Maksudnya masakan berkuah. Habis sudah mulai gejala pilek nih,” keluh Binda. “Oooh.. gimana kalau beli soto Pak Gondrong saja di depan?” saran Bi Nung. “Eh, jualan ya? Aku kira cuma hari Minggu saja, aku mau ah!” kata Binda semangat. “Binda!” panggil Handi, tetangga dan sahabat Binda tiba-tiba menyapanya dari belakang. “Hei, Handi! Aku mau makan soto, mau ikut?” tanya Binda. “Beneran, nih! Kebetulan aku juga mau makan di sana. Traktir ya..,” seru Handi senang. “Huuu.. enak saja! Kenapa aku harus traktir kamu?” canda Binda. “Aku punya cerita seram! Bibi-ku sendiri yang mengalaminya..,” bisik Handi.Binda terdiam. “Sebuah cerita hantu yang menarik untuk blog-ku,” batinnya. “Gimana?” Handi menggosok-gosokkan tangannya. “Huuh.. iya, deh! Aku kalah!” seru Binda.

“Pak, sotonya dua, ya!” kata Binda pada Pak Gondrong, yang langsung mengacungkan jempolnya dan tersenyum lebar. “Tante Dwi, bibimu, bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Mensana kan?” tanya Binda pada Handi. “Iya. Nah, pada suatu malam, Bibi Dwi mendengar suara orang berlari. Ternyata, itu seorang pengantar makanan yang ketakutan! Si pengantar makanan mendengar suara Srek-Srek mengerikan di gudang sebelah kamar jenazah!” cerita Handi.Malam itu, Binda mengetik cerita berjudul “Suara Srek-Srek di Gudang Rumah Sakit Mensana” di blog miliknya. “Nah, apa pendapat teman-teman di sekolah ya?” gumam Binda setelah selesai menulis.

Keesokan harinya di sekolah, Binda disambut oleh kedua temannya, Nana dan Dede dengan antusias. “Binda! Aku baca cerita di blog-mu kemarin malam!” seru Nana. “Aku juga!” seru Dede. “Kami ingin pergi ke Rumah Sakit Mensanaaaa!” rengek Nana dan Dede. “Haduuuh!” Binda mengeluh. Kedua temannya ini jika punya kemauan tidak bisa dihentikan dengan alasan apa pun. Belakangan, Nana dan Dede memang sedang senang berburu hantu! “Kau tahu kan kalau selama ini kami gagal menemukan hantu? Nah, mungkin di Rumah Sakit Mensana kita beruntung!” kata Nana dan Dede dengan mata berbinar.

Dua minggu kemudian, Binda, Handi, Nana, dan Dede berkunjung ke Rumah Sakit Mensana. “Hari ini Bibi Dwi kebetulan bertugas, jadi kita bisa berkeliling rumah sakit. Lumayan untuk menambah pengetahuan kita,” kata Handi. “Benar sekali!” seru Binda. “Ayo, kita pergi ke gudang!” kata Nana dan Dede.Ketika tiba di lorong, mereka berempat terdiam. “Eh, kamar jenazahnya di sebelah mana?” bisik Binda. “Di sebelah kiri kita!” kata Handi. Satu jam berlalu. Empat sekawan itu mulai mengantuk. Belum ada tanda-tanda hantu yang mereka tunggu. SREK! SREK! Tiba-tiba sebuah suara membuat Binda, Handi, Nana, dan Dede terkejut. Mereka semua berdiri bersamaan, Handi terpeleset dan terjatuh. “Aduduh!” rintihnya. Lalu dia merasakan sesuatu berjalan di tangannya. “KECOAAAAAK!” jeritnya. “AAAAAA!” Handi, Nana, dan Dede ikut menjerit.  Mereka berempat lalu berlari dan…

GEDUBRAK!  Handi, Nana, Dede, dan Binda menabrak sesuatu yang berpakaian serba putih dan dia jatuh terjengkang. “HANTUUUU!” seru empat sekawan itu dan terus berlari. Di ujung lorong, Binda, Handi, Dede, dan Nana bertemu dengan petugas keamanan yang kebingungan. “Lho, ada apa ini?” tanyanya. “A..ada hantu, Pak! Di gudang!” kata Binda. “Hantu Srek-Srek berpakaian putih!” tambah Handi, Nana, dan Dede.“Kalian ini sedang apa? Jangan membuat ulah!” tiba-tiba Bibi Dwi datang dan menegur Binda, Handi, Dede, dan Nana. Tetapi, dia lalu terdiam setelah melihat pak petugas keamanan yang bergegas pergi ke arah gudang. Pak petugas keamanan kembali dengan menggiring seseorang berpakaian putih yang berwajah pucat. “Kita sudah menemukan si pencuri obat misterius!” katanya puas.

“Haaaaa?” seru Binda, Handi, Nana, dan Dede bingung. Tetapi Bibi Dwi malah bertepuk tangan senang, lalu berkata, “Karena hari ini Bibi gajian, bagaimana kalau kita makan di kantin Mensana? Sekalian Bibi ceritakan soal pencuri yang selama ini dikira hantu!”Ternyata, sudah satu bulan ini terjadi pencurian obat di Rumah Sakit Mensana! “Bersamaan dengan itu, muncullah suara Srek-Srek di gudang sebelah kamar jenazah. Ternyata, di gudang itulah si pencuri yang kalian tabrak menyembunyikan obat hasil curiannya tanpa ketahuan,” jelas Bibi Dwi.“Ternyata, suara Srek-Srek itu suara plastik besar tempat si pencuri menaruh obat curiannya!” seru Binda. Bibi Dwi mengangguk sambil tersenyum. (Teks: Seruni/Ilustrasi: Just For Kids)

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *