Eli khawatir melihat sahabatnya Agnes. Sudah dua hari ini Agnes murung terus! Apa yang terjadi? “Agnes, aku kan sahabatmu. Kalau ada masalah, katakan saja,” kata Eli. “Aku mau cerita, tapi janji tidak ketawa, ya!” kata Agnes memandang Eli. “Aku janji!” seru Eli. “Sepertinya, ada hantu di rumahku! Mama dan Papa sedang dinas ke luar kota. Jadi, di rumah hanya ada aku, adikku Vina, dan mbok Sim. Aku turun ke bawah dan menemukan kain-kain lap bekas yang disimpan di gudang, tersebar di lantai dekat tangga! Tidak mungkin Vina atau mbok Sim yang menaruh kain-kain lap bekas itu! Aku takut sekali!” cerita Agnes. “Bagaimana kalau aku menginap di rumahmu? Kutemani kau supaya tidak takut!” kata Eli. “Terima kasih, Eli!” ucap Agnes memeluk Eli.
“Vina, mbok Sim, ada Eli nih. Dia mau nginap,” kata Agnes ketika sampai di rumah. Vina dan mbok Sim menyambut Eli. “Vina, ada apa kok wajahmu pucat?” tanya Eli. “Eh..enggak apa-apa kok, kak Eli,” jawab Vina. Dia lalu pergi ke ruang tamu. Agnes menarik tangan Eli dan berbisik di telinganya. “Aku yakin pasti ada kejadian seram lagi! Vina pasti takut! Aku ingin memeriksa tangga, tapi takut mendapati kain yang berserakan,” kata Agnes. “Tenanglah Agnes, aku yang akan melihat ke tangga,” ucap Eli berusaha berani untuk sahabatnya.
Eli berjalan menuju tangga lantai dua rumah Agnes. Eli terdiam ketika memandang benda di bawah tangga. Tiga sapu tangan bekas tersebar di lantai! “Eli…apa yang terjadi?” tanya Agnes menyusul Eli. Agnes menjerit ngeri melihat sapu tangan bekas di bawah tangga. “Tolong aku, Eli!” tangis Agnes ketakutan. Eli memeluk Agnes. “Jangan khawatir, jika hantu itu berani berbuat sesuatu, aku yang akan menghadapinya!” kata Eli.
Malam harinya, Eli berjaga di depan kamar tidur Agnes. PLUK! PLUK! Tiba-tiba, terdengar suara dari jendela! Seperti suara orang melempar kerikil! Eli segera berlari ke jendela dan melihat ke luar. “Tidak ada siapa-siapa!” ucap Eli merinding, merasa ada yang memperhatikannya dari luar jendela. Dia perlahan mundur menjauhi jendela. “Aku tidak boleh takut!” bisiknya. Tiba-tiba, pundak Eli dipegang oleh seseorang. “AAA!” Eli menjerit ketakutan. “Eli, ini aku! Maaf, membuatmu kaget!” yang ternyata Agnes. “Agnes, kenapa kau bangun?” tanya Eli. “Aku tiba-tiba mencium bau melati di kamarku!” seru Agnes. Eli terdiam, lalu berkata, “Ah kacau! Maafkan aku Agnes, aku sudah berjanji tidak takut, tapi aku jadi takut juga!” Agnes tersenyum. “Tidak apa-apa, Eli. Ini kan rumahku! Harusnya akulah yang bersikap berani! Maafkan aku karena sudah menyusahkan! Ayo, kita hadapi hantu itu bersama,” kata Agnes sambil menggenggam tangan Eli. Eli pun mengangguk.
Agnes dan Eli berjalan ke gudang, bersiap menghadapi yang terburuk. “Pi..pintu gudang terbuka. Pasti itu ulah si hantu!” bisik Agnes. BRAK! “Aduh!” terdengar suara barang jatuh dan teriakan dari gudang. “Hantu tidak bisa kesakitan!” seru Eli. Mereka berdua melihat ke dalam gudang. “Vina! Kenapa kau ada di gudang?” tanya Agnes bingung. Vina duduk di lantai gudang. Di sebelahnya ada gundukan selimut bergerak-gerak dan…keluarlah seekor musang! Eli dan Agnes menunjuk musang itu, kaget.
Ternyata, Vina diam-diam memelihara si musang di gudang! “Maafkan aku, kak Agnes, aku ingin sekali punya musang!” kata Vina. Si musanglah yang menaruh lap bekas dan sapu tangan di lantai dekat tangga! “Hewan memang punya perilaku khusus!” kata Eli dan Agnes tertawa, lega karena tidak ada hantu. Tapi….suara apa sebenarnya yang didengar Eli dari jendela? Dari mana harum melati yang dicium Agnes? Kedua anak ini tidak pernah mengetahuinya! (Teks: Seruni/ Ilustrasi: Just For Kids)