Keesokan harinya, Eli dan Lula pergi ke Jalan Asam untuk mengerjakan tugas melukis pemandangan. Omi dengan bersemangat melihat keduanya melukis. “Waah, aku juga ingin bisa melukis,” kata Omi. “Tenang saja, nanti Kakak akan mengajari Omi,” kata Lula dan Eli.

Pandangan Omi lalu tertuju pada pohon asam jawa yang menyeramkan. “Emm…menurut Kakak, pohon asam jawa di dekat sini menyeramkan?” tanya Omi tiba-tiba. Glek! Eli dan Lula terkejut. “Yah..kalau kita tidak takut pohon asamnya, jadi tidak kelihatan seram,” kata Eli. “Iya, aku setuju dengan Eli,” tambah Lula. “Sebenarnya, Omi pernah dibawa oleh makhluk halus penunggu pohon asam jawa. Waktu itu malam hari, dan Omi sedang tidur. Waktu bangun, Omi sudah berdiri di bawah pohon asam jawa. Kakek yang menemukan aku,” cerita Omi tiba-tiba.

Eli dan Lula tidak bisa berkata apa-apa, wajah mereka pucat. “Ta..tapi kejadian itu waktu malam hari kan, Omi? Tenang saja, sekarang masih pagi dan makhluk halus tidak akan mengganggu,” kata Eli. Tetapi, tetap saja Eli dan Lula merasa terganggu dengan cerita itu. Makin lama, makin sulit untuk memusatkan perhatian pada lukisan mereka. Meskipun begitu, Eli dan Lula tetap berusaha.

Tak lama kemudian, dua sahabat itu memutuskan untuk pulang ke rumah Bibi Mita. “Ayo Omi, kita pulang,” ajak Eli dan Lula. Dua sahabat itu lalu bercerita pada Bibi Mita tentang Omi yang diculik makhluk halus penunggu pohon asam jawa. “Wah, kalau benar atau tidaknya cerita Omi, Bibi tidak tahu. Tapi…Omi bukan anak yang suka berbohong,” kata Bibi Mita. “Haduuuh, Bibi. Kita jadi takut, nih,” keluh Eli dan Lula. Di kamar yang disediakan Bibi Mita, Eli dan Lula berbincang.  “Aku benar-benar jadi takut sekarang,” ujar Eli mengeluh. “Bukan hanya kau Eli, aku juga. Begini saja, sebisa mungkin  kita tidak lewat jalan asam kalau  petang tiba dan tentu saja malam hari,” kata Lula.

Malam harinya, ketika waktu tidur tiba, Eli dan Lula mendengar suara seseorang memanggil mereka. “Eli, Lula, bangun!” ternyata itu suara Bibi Mita. Wajahnya tampak khawatir. “A..ada apa, Bibi?” Eli berkata sambil menguap dan mengusap matanya. “Omi menghilang dari rumah Kakeknya!” seru Bibi Mita. “Oh, tidak! Kita harus membantu mencari!”  ujar Eli dan Lula segera mengganti pakaian tidur yang mereka pakai.

Di luar rumah Bibi Mita, orang-orang desa sibuk membawa senter dan obor. Ayah dan Ibu Omi juga ada di sana. “Rupanya, Ayah dan Ibu Omi sudah kembali dari kota. Kasihan sekali, mereka pasti khawatir,” kata Bibi Mita. Eli memegang tangan Lula. “Jangan-jangan…,” bisik Eli. Lula tahu apa yang ingin dikatakan Eli selanjutnya. Makhluk halus penunggu pohon asam jawa pasti sudah menculik Omi!Eli dan Lula bergegas pergi ke Jalan Asam. “Tunggu! Eli, Lula, kalian mau kemana?” tanya Bibi Mita. “Ke pohon asam jawa. Pasti Omi ada di sana,” seru Eli dan Lula sambil berlari.

Ketika Eli dan Lula sampai di Jalan Asam, mereka sangat terkejut. “Lihat Eli, itu Omi!” bisik Lula. “Omi..dia berjalan sambil tidur!” kata Eli. Omi yang mereka cari, berjalan perlahan menuju pohon asam jawa. Eli dan Lula hendak menghampiri Omi, tiba-tiba, mereka dikejutkan oleh suara lembut seseorang. “Hati-hati, jangan membangunkan Omi…,” kata suara itu. Eli dan Lula menengok untuk melihat si pemilik suara itu, dan mereka melihat seorang wanita cantik berwajah cerdas. “Dokter Erna benar, Eli, Lula,” tambah Bibi Mita, yang ternyata juga mengikuti Eli dan Lula. “Terima kasih karena sudah menemukan Omi,” kata Ayah dan Ibu Omi lembut. Eli dan Lula memandang Bibi Mita. “Bibi, apa yang sebetulnya terjadi?” tanya Eli dan Lula. Kedua sahabat itu menggelengkan kepalanya tanda kebingungan.

Di rumah Bibi Mita, akhirnya Eli dan Lula mendapatkan penjelasan. “Ternyata, Omi suka mengalami gangguan tidur. Anak itu suka tidur sambil berjalan. Karena itulah, Ayah dan Ibu Omi memanggil dokter Erna ke Desa Sapta untuk memeriksanya. Bibi juga baru mengetahui hal ini setelah mendengar penjelasan dari Ayah dan Ibu Omi,” jelas Bibi Mita. “Oh.. jadi, penyebabnya bukan diculik makhluk halus, ya?” kata Eli. Bibi Mita tertawa. “Aduh, kamu ini, tentu saja bukan! Makanya jangan takut, nanti kalian akan susah sendiri,” kata Bibi Mita. “Tapi…kenapa ya…tujuan Omi kalau berjalan sambil tidur selalu ke pohon asam jawa?” tanya Lula. Eli terdiam.  Bibi Mita menghela nafas. “Tentu saja hanya kebetulan. Nah, ada yang lebih penting, yaitu lukisan kalian. Sudah jadi?” tanya Bibi Mita. “Oh iya, kami lupa! Huuuh… mau tidak mau, besok kita harus melukis sampai selesai!” seru Eli dan Lula. ( Selesai )

(Cerita: Seruni/ Ilustrasi: Just For Kids)

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *