“Ahhh… Aku harus buru-buru sampai rumah, sebentar lagi waktunya berbuka puasa,” gumam Ali sambil berjalan tergesa-gesa. Tempat les Ali memang tak jauh dari rumah. Ia cukup berjalan kaki saja.
Sore itu, les selesai agak terlambat. Biasanya jam 5 sore sudah selesai, kali ini baru selesai menjelang jam 6 sore. Akibatnya, Ali harus buru-buru pulang ke rumah agar bisa berbuka puasa bersama Ibu.
Dari kejauhan, nampak seorang laki-laki tua mengenakan sarung dan baju koko warna putih, berjalan pelan. Sebuah peci lusuh terpasang di kepalanya. Dialah Pak Mangun, pengurus Masjid yang selalu mengumandangkan adzan 5 kali sehari di kampung Ali.
Ali pun berpapasan dengan Pak Mangun. “Assalamualaikum, Pak Mangun,” ujar Ali. “Waalaikumsalam,” jawab Pak Mangun datar sambil terus berjalan menuju Masjid.
“Ehmm.. Pak Mangun kenapa, ya? Kenapa wajahnya pucat sekali? Biasanya ia ramah ke semua orang,” gumam Ali seraya berjalan pulang ke rumah. “Tapi, kalau Pak Mangun sudah berjalan ke Masjid, berarti adzan Maghrib sebentar lagi akan terdengar,” bisik Ali dengan wajah sumringah.
“Assalamualaikum, aku pulang,” ujar Ali setengah berteriak setelah membuka pintu rumah. “Waalaikumsalam, Ali. Ayo sini ke ruang makan, sebentar lagi kita berbuka puasa,” jawab Ibu.
Di meja makan, sudah tersedia teh manis hangat, kurma, dan beberapa gorengan buatan Ibu. “Untung saja, aku sudah sampai rumah, ya, Bu. Oh iya, barusan aku berpapasan dengan Pak Mangun yang sepertinya mau adzan ke Masjid,” cerita Ali.
“Hah, Pak Mangun?” tanya Ibu dengan wajah terkejut. “Iya, tadi aku ketemu Pak Mangun, pengurus Masjid di kampung kita,” jawab Ali menjelaskan.
“Kamu yakin itu Pak Mangun?” Ibu kembali bertanya. “Iya, Bu. Tadi sepulang les, aku berpapasan dengan Pak Mangun. Tapi ia terlihat aneh, wajahnya pucat dan tidak seramah biasanya,” papar Ali sembari bersiap duduk di kursi.
Ibu langsung berjalan menghampiri Ali. Ia menunduk dan memegang kedua tangan Ali dengan erat. “Ali, Pak Mangun baru saja meninggal tadi Shubuh tepat setelah sholat Shubuh di Masjid,” kata Ibu sambil menatap Ali.
“Apa?! Kok, aku nggak tahu Pak Mangun meninggal?” tanya Ali penasaran. “Tadi pagi sebelum kamu berangkat sekolah, sebenarnya Ibu mau cerita. Tapi kamu kan buru-buru berangkat karena terlambat bangun,” jelas Ibu.
“Lalu, yang tadi aku lihat itu siapa, Bu? Aku tadi beneran bertemu dan berpapasan dengan Pak Mangun, lho,” ucap Ali seakan tak percaya. “Ibu juga nggak tahu, yang pasti Pak Mangun sudah meninggal dan tadi siang sudah dimakamkan,” timpal Ibu.
Tiba-tiba, terdengar suara adzan dari Masjid.
“Sudahlah, ayo kita berbuka dulu,” ajak Ibu. Ali dan Ibu pun berbuka dengan hidangan di atas meja makan.
“Bu, barusan siapa yang mengumandangkan adzan di Masjid? Apakah sudah ada pengganti Pak Mangun?” tanya Ali. “Ibu nggak tahu, tapi katanya akan digantikan oleh anak Pak Mangun,” jawab Ibu sambil menyeruput teh manis hangat.
“Wah, suara merdu adzan di Masjid barusan mirip sekali dengan suara Pak Mangun, ya,” celetuk Ali. Ibu hanya bisa memandang Ali dengan wajah kebingungan. Ali pun ikut kebingungan.
Cerita: JFK Ilustrasi: JFK