Keesokan paginya saat sarapan, Ayah bertanya; “Kamu kenapa tadi malam? Apa kamu mengigau?”
“Aku tidak mengigau, Ayah. Tadi malam, aku dikejar-kejar hantu tentara yang ada di lukisan. Jadi, para tentara itu keluar dari lukisan,” jawab Nicko. “Masa, sih?!” timpal Ayah tak percaya.
“Ayo, kita periksa lukisan itu!” ajak Ayah yang ingin membuktikan cerita Nicko. Mereka berdua pun berjalan menuju ruang tamu. Ayah lalu mengambil lukisan tentara yang menempel di dinding.
“Tuh, masih ada tentaranya,” ujar Ayah sambil menunjuk ke lukisan. “Iya, tapi tadi malam, para tentara ini menghilang dari lukisan,” ucap Nicko bersikukuh.
Ayah kemudian memeriksa bagian belakang lukisan. Tak sengaja, Ayah menemukan tulisan tangan persis di pojok kanan atas. Tulisan itu hampir tak terbaca karena tintanya yang mulai pudar.
Hanya yang masih hidup yang boleh menyimpan kenangan ini. Kalau tidak, kami akan berkeliaran setelah jam 12 malam hingga pagi menjelang. Bila semua sudah tiada, hancurkanlah…
Sutarman
Ayah dan Nicko terkejut setelah membacanya. “Benar, kan, apa yang aku ceritakan!” ujar Nicko. “Iya, ini tulisan kakekmu, Sutarman,” ucap Ayah.
Tiba-tiba, Nenek menghampiri. “Sejak kematian Kakekmu, tiap malam sering terdengar suara derap langkah tentara di rumah ini. Makanya Nenek melarang kamu keluar kamar saat malam,” cerita Nenek. “Kenapa Nenek baru cerita sekarang?” tanya Nicko.
“Nenek takut kamu tidak jadi menginap di sini,” jawab Nenek lirih. “Tentara-tentara yang ada di lukisan ini sebenarnya adalah teman Kakek. Persahabatan mereka sudah terjalin sejak zaman penjajahan. Kakek pernah cerita, kalau salah satu dari mereka sudah meninggal, tali persahabatan jangan sampai putus. Bahkan, mereka berjanji semangatnya harus tetap hidup walaupun hanya di dalam lukisan,” lanjut Nenek.
“Ehmm… Ayah tahu apa arti tulisan ini! Jadi, lukisan ini sepertinya harus disimpan oleh salah satu dari tentara ini yang masih hidup. Kalau tidak, tentara-tentara ini akan keluar dari lukisan dan berkeliaran tiap malam,” tutur Ayah. “Nah, kalau semua tentara sudah meninggal, kita harus segera menghancurkannya,” Nicko ikut menambahkan. “Iya, betul sekali, Nicko,” timpal Ayah.
“Jadi, setelah Kakek meninggal, harusnya lukisan ini disimpan oleh sahabatnya yang masih hidup agar para tentara ini tidak menghantui,” ujar Nicko. “Apa Nenek tahu siapa dari sahabat Kakek di lukisan ini yang masih hidup?” Nicko lalu bertanya kepada Nenek.
Nenek kebingungan. Ia berusaha mengingat siapa saja sahabat Kakek yang masih hidup. “Tunggu sebentar, Nenek ambil dulu buku catatan Kakek di kamar,” ujar Nenek sambil berjalan ke kamarnya.
Beberapa menit kemudian, Nenek keluar kamar sambil membawa sebuah buku catatan lusuh berwarna kecokelatan. Di dalamnya terdapat nama-nama sahabat Kakek yang berada satu tim saat melawan penjajah. Lengkap dengan alamat dan nomor teleponnya.
Nicko dan Ayah lalu saling beradu pandang. Mereka berdua nampaknya bersemangat untuk menghubungi satu persatu sahabat Kakek tersebut. (BERSAMBUNG)
Cerita: JFK Ilustrasi: JFK