“Lisa! Mau tidur sampai kapan?!” sebuah suara membangunkan Lisa. “Mama…ini kan hari libur!” keluh Lisa. “Hari libur itu buat olahraga! Ayo bangun, coba jalan-jalan pagi biar sehat! Kamu itu kebanyakan duduk terus di mobil, duduk belajar, duduk baca buku…duduk terus! Nggak bagus buat kesehatan!” kata Mama. “Aduuh.. iya deh Lisa bangun sekarang! Terus jalan-jalan!” gerutu Lisa. “Naah.. gitu, dong!” kata Mama tersenyum senang.
“Tam! Ikut jalan-jalan, yuk!” ajak Lisa pada anjing kesayangannya. Tam menyalak, dan sambil menggoyangkan ekornya, mengikuti Lisa. Lisa berjalan santai menikmati matahari pagi dan sampai di taman kompleks yang indah. Lisa melihat sebuah kursi taman yang kosong. “Duduk dulu, ah!” kata Lisa. “Lisa!” seseorang yang suaranya tidak asing, memanggil Lisa.
“Eh, Kak Emi!” seru Lisa. Kak Emi adalah tetangga Lisa. Dia seorang pelari jarak jauh yang terkenal. “Sedang apa sendirian di sini?” tanya Kak Emi. “Tadinya aku jalan pagi, Kak Emi..tapi, aku melihat kursi taman ini sendiri dan kesepian, jadinya aku temenin, deh! Hehe..,” ujar Lisa. Kak Emi pun tertawa.
“Kak Emi, kapan ikut pertandingan lari lagi?” tanya Lisa. “Satu bulan lagi, Kakak bertanding!” Kak Emi menjawab bangga. “Selamat berjuang, ya, Kak!” seru Lisa memberi semangat. “Iya, terima kasih, Lisa!” kata Kak Emi senang.
Seminggu kemudian ketika Lisa pulang dari sekolah, Mama membawa berita buruk. “Lisa, Kak Emi sakit!” kata Mama. “Tapi…satu bulan lagi dia akan bertanding!” ujar Lisa. “Mama juga belum tahu sakitnya apa, kita berdoa saja ya supaya Kak Emi cepat sembuh,” kata Mama.
Keesokan harinya sepulang sekolah, Lisa menemani temannya Dina membeli buku. Selama perjalanan dalam mobil, Lisa murung karena memikirkan penyebab penyakit Kak Emi yang belum diketahui. “Lisa, ada apa? Kok wajahmu murung?” tanya Dina. “Eh..aduh, maaf ya, Dina, kamu sampai ikut khawatir. Begini, aku punya tetangga yang kukenal baik, namanya Kak Emi. Nah, dia sedang sakit, tapi belum ada yang tahu penyakitnya apa!” jelas Lisa.
“Aduh, kasihan sekali!” seru Emi. Tiba-tiba, Pak Dun, sopir Lisa berkata, “Maaf, Non Lisa…saya punya kabar dari Pak Sep, sopir keluarga Non Emi. Pak Sep diberitahu Ibu Non Emi sendiri…,” kata Pak Dun. Lisa penasaran, “Wah… sakit apa Kak Emi, Pak?”
“Katanya, setelah demam, tiba-tiba kedua telapak kaki Non Emi terasa sakit sekali seperti ditusuk-tusuk. Dia sekarang nggak bisa berjalan…,” cerita Pak Dun.
“Astaga, ngeri sekali! Tapi..aku tidak pernah dengar ada penyakit yang gejalanya seperti itu!” seru Lisa dan Dina. “Non Lisa, setahu saya, kalau ada gejala penyakit aneh….itu akibat ilmu hitam!” kata Pak Dun sedikit gemetar. “HAH?!” Lisa dan Dina berteriak keras karena terkejut. “Ah, yang benar, Pak?” kata Lisa. “Di kampung sih banyak yang percaya seperti itu!” dan Pak Dun pun bercerita tentang kejadian-kejadian aneh di kampungnya….
Sepulang dari toko buku, Lisa menggerutu, “Haduh, kenapa sih Pak Dun cerita serem segala. Kan jadi kepikiran!” Tam menggonggong menyambut Lisa. Lisa bermaksud mengelus kepala Tam, tetapi kemudian diam dan tertegun memandang benda aneh yang berada di samping Tam. Sebuah boneka tanpa kaki! Boneka itu kotor terkena tanah! Cerita Pak Dun yang menyeramkan mulai kembali lagi ke dalam benak Lisa…..”menurut cerita, orang jahat akan menggunakan benda tertentu yang sudah diberi sihir untuk mencelakakan orang. Misalnya boneka yang dihilangkan tangannya. Orang yang disihir juga akan merasa sakit di tangannya!”
“Kedua kaki Kak Emi sakit…dan boneka ini tidak punya kaki!” bisik Lisa. “Mamaaa!” Lisa segera berlari masuk rumah sambil berteriak memanggil Mamanya. Tam mengikuti Lisa sambil menggigit boneka tanpa kaki yang mengerikan itu! “Hiii!” Lisa menjerit ngeri.
“Kenapa sih kamu ribut begitu?” tanya Mama yang sedang asyik menonton film di televisi. “Lihat, apa yang dibawa Tam!” seru Lisa ketakutan sambil menunjuk si anjing hitam yang menggoyangkan ekornya senang, dan yah,,,boneka seram itu masih saja digigitnya!
“Tadi Mama berkunjung ke rumah Kak Emi untuk menengoknya, dan Tam menggali tanah di bawah pohon mangga Kak Emi! Boneka itu rupanya dikubur di bawah pohon mangga,” cerita Mama. Lisa makin panik. Menurut cerita Pak Dun, boneka yang sudah diberi sihir akan dikubur dekat rumah korban sihir!
Malamnya Lisa membuat keputusan. Dia harus menghancurkan boneka mengerikan yang sudah membuat Kak Emi sakit. Lisa pun membakar boneka itu. “Pasti Kak Emi akan sembuh!” kata Lisa sambil melihat boneka penyebab kejahatan yang habis dilalap api.
Keesokan harinya, Lisa dan Mama sarapan bersama. “Ada telepon dari Mama Kak Emi tadi, rupanya Kak Emi kena flu Singapore! Dokter sudah memberinya obat yang tepat dan dia sudah mulai sembuh!” kata Mama. “Eh..flu Singapore?! Itu jenis penyakit baru?” tanya Emi terkejut. “Sudah lama, tetapi yang membuat dokter bingung, penyakit itu biasanya menyerang anak-anak. Kak Emi kan sudah dewasa!” kata Mama lagi. “Syukurlah! Kalau begitu, Kak Emi bisa bertanding lari lagi!” seru Lisa senang.
“Kemarin kenapa kamu kelihatan takut melihat boneka bekas?” tanya Mama. Lisa pun menceritakan semuanya. Mama tertawa terbahak-bahak. “Makanya jangan terlalu banyak nonton film horor! Itu boneka Kak Emi waktu masih kecil. Dan Kak Emi-lah yang menguburnya di bawah pohon mangga itu karena bonekanya sudah rusak!” kata Mama terkekeh geli. “Haduuuh.. cape deeeh!” ucap Lisa menghela nafas panjang dan menepuk dahinya. (Teks: Seruni/ Ilustrasi: Just For Kids)