Saat itu, istirahat siang di sekolah. Empat sahabat, Ani, Bemi, Ela, dan Fery, duduk bersama melahap bekal mereka. Walaupun bekal Ani enak, sayang, dia tidak bisa menikmatinya.

“Ada apa, sih? Kamu kok seperti gelisah gitu?” kata Bemi yang dari tadi diam-diam memperhatikan Ani. “Nggak apa-apa kok, aku hanya teringat cerita tentang hantu Piet Onthel di Rumah Sakit Sekar! Piet Onthel itu adalah sepeda yang digunakan waktu zaman penjajahan Belanda sampai sekitar tahun 1970-an,” cerita Ani.

“HAH! Hantu Piet Onthel di Rumah Sakit Sekar…hantu orang yang sedang naik sepeda Onthel..,” ucap Ela dan Fery berbarengan. “Iya, sudah banyak yang melihatnya! Dan kalian tahu, Rumah Sakit Sekar pernah masuk acara Pemburu Hantu di televisi! Mana nanti malam aku harus pergi ke rumah sakit itu, lagi!” seru Ani.

Ani bertetangga dengan seorang tante yang lucu dan baik hati. Namanya Tante Lully. Mama Ani sedang mengambil program S2 di luar negeri yang dibiayai oleh kantornya. Tidak lama kemudian, Papa Ani juga mendapat tugas ke luar negeri. Tante Lully yang kenal baik dengan papa dan mama Ani, berjanji untuk menjaga dan menemani Ani selama mereka pergi.

Akan tetapi, dua hari lalu, Tante Lully terjatuh di kamar mandi dan kakinya patah! Sekarang ini dia dirawat di Rumah Sakit Sekar yang terkenal dengan kisah-kisah seramnya. “Aku harus menjenguk Tante Lully, tapi takut..,” keluh Ani. “Tenang saja, Ani, kami akan menemanimu,” kata Fery. Ela dan Bemi mengangguk setuju.

Pukul 5 sore, Ani, Ela, Bemi, dan Fery sampai di Rumah Sakit Sekar. Mereka terkejut dengan bangunan rumah sakit yang bergaya tempo dulu. Ani menemui resepsionis dan bertanya dimana lokasi kamar Tante Lully, sementara ketiga temannya duduk menunggu. Ani kembali dengan wajah muram, “Kamar Tante Lully jauh! Di bangsal Cendrawasih. Maaf ya, kita harus sabar berjalan!”

Ternyata, Rumah Sakit Sekar sangat luas. Tidak seperti rumah sakit modern dimana ruang rawat inap cukup dijangkau dengan tangga atau lift, di Rumah Sakit Sekar, seseorang harus berjalan cukup jauh untuk mencapai sebuah bangsal.

“Masih jauh yaaa?” tanya Fery yang sudah mulai kecapaian.  “Hei! Aku tadi sempat bertanya dengan seorang perawat! Katanya, ada jalan pintas menuju bangsal Cendrawasih, yaitu lewat gudang! Bangunan yang itu!” kata Ani menunjuk bangunan di depan mereka. “Ayo, lewat sana!” ajak Fery.

Ani, Fery, Ela, dan Bemi memasuki bangunan gudang yang luas. Bangunan itu lembab, hanya diterangi sedikit lampu, dan… dingin. “Eh…kok perasaanku nggak enak ya?” bisik Ela. “Sudahlah, ayo cepat! Nanti jam besuk keburu habis!” seru Ani yang sebenarnya juga merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

Kring…..Kring… Terdengar suara sayup-sayup. Ani memegang tangan Ela. Fery dan Bemi saling memandang. Mereka semua terdiam. Kring…Kring.. Suara itu makin lama terdengar makin jelas…menghampiri Ani dan teman-temannya.

Tiba-tiba, Fery dan Bemi menunjuk lorong di depan mereka. Wajah mereka pucat ketakutan. “..Pi..et..” ucap Ani. Ani dan Ela kini melihatnya dengan jelas. Bayangan hitam seorang pengendara sepeda.

“AAAAAAA!!!!” teriak Ani, Ela, Fery, dan Bemi seraya berbalik dan lari kencang lewat pintu yang tadi mereka masuki. Mereka berlari tanpa berpikir…jauh dari gudang mengerikan itu….jauh dari hantu Piet Onthel…..

“Berhenti!” seru Ani tiba-tiba. Dia sudah lelah berlari. “Lihat papan petunjuk ini!” katanya sambil menunjuk papan yang bertuliskan ‘BANGSAL CENDRAWASIH’

“Akhirnya, ketemu jugaaa!” seru Ela, Fery, dan Bemi. Ternyata, Tante Lully sudah tidak sabar bertemu dengan Ani. “Aduuh Ani! Kemana saja, sih? Tante kira kamu batal besuk! Eh, kamu bawa teman-teman juga ya? Aduh, Tante senang, deh! Ayo, duduk! Itu ada kue buat kalian!” ujar Tante Lully.

“Maaf banget ya, Tante, kami terlambat. Sebenarnya…,” Ani lalu bercerita tentang apa yang mereka lihat di gudang. Tante Lully tertawa, “Ya ampun! Kalian ini! Eh, kalau kalian berani, Tante bisa panggil itu hantu ke sini! Wah..panjang umur! Itu dia orangnya! Pak Ilham!” Tante Lully melambai pada seorang pria tua di balik kaca ruang rawat inapnya. Ani dan teman-temannya melongo, “Pak Ilham?”

“Selamat malam, Bu! Permisi sebentar ya, saya bawa sabun cuci tangan untuk di kamar mandi,” kata hantu Piet Onthel, yang sebenarnya adalah Pak Ilham, bagian kebersihan di Rumah Sakit Sekar!

“Hahaha, maaf ya kalau membuat kalian takut. Rumah sakit ini sangat luas. Jadi, untuk menghemat waktu dan tenaga, Bapak naik sepeda untuk hilir mudik dari satu bangsal ke bangsal lain,” jelas Pak Ilham. “Jadi, yang kami lihat di gudang tadi itu, Bapak ya?” tanya Ani. “Iya, benar. Bapak mengambil perlengkapan kamar mandi,” kata Pak Ilham.

“OOOh!” seru Ani, Ela, Fery, dan Bemi. Mereka lalu tertawa lega.

Jam besuk sudah usai, Ani dan kawan-kawan berpamitan pada Tante Lully, kemudian berjalan pulang. Di tengah jalan, mereka bertemu Pak Ilham dengan sepeda Onthel-nya.

“Pak Ilham! Kita pulang dulu ya!” kata Ani. Fery, Ela, dan Bemi memperhatikan sepeda Onthel milik Pak Ilham. “Sepeda tua! Keren banget!” kata Bemi. “Hati-hati, ya!” balas Pak Ilham sambil melambai pada mereka dan meneruskan perjalanannya.

Di mobil, Ela, Fery, dan Bemi terdiam. “Kalian kenapa, sih? Kok diam saja?” tanya Ani. “Sepeda Pak Ilham tidak punya bel. Kau ingat kan? Suara yang kita dengar di gudang?” bisik Fery. “Itu bunyi bel sepeda,” kata Ela dan Bemi. Ani pucat. “Jadi….bel itu bel sepeda siapa?”
(Cerita: Seruni / Ilustrasi: JFK)

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *