Helen yang mengantuk sepulang sekolah, terkejut mendengar suara pintu dapur dibuka. “Bi Wani! Bikin kaget saja,” seru Helen. Bi Wani sudah bekerja untuk Papa dan Mama sejak Helen masih kecil. “Bibi habis beli kangkung di tukang sayur, sekalian mendengar cerita seru,” kata Bi Wani.
“Cerita apa, sih, Bi?” tanya Helen penasaran. “Cerita seram! Non Helen pernah dengar tentang rumah berwarna ungu?” tanya Bi Wani. “Pernah, rumah di komplek kita yang katanya banyak hantu kan?!” jawab Helen. “Iya, Non, tadi kata tukang sayur, ia mendengar suara orang menangis di rumah itu kemarin siang,” cerita Bi Wani.
“Ahhh… masa, sih, Bi?” ujar Helen tak percaya. “Iya, kayaknya tukang sayur nggak bohong, deh!” jawab Bi Wani.
“Helen… Helen…,” Terdengar Mama memanggil. “Belang belum pulang dari tadi malam,” ujar Mama khawatir. Belang adalah kucing peliharaan keluarga Helen. “Biar aku cari, Ma,” kata Helen sambil beranjak ke luar rumah.
Helen bertanya pada satpam yang sedang duduk di pos. “Bapak tadi memang lihat kucing belang di Jalan Lingkar,” jawab satpam. Ia lalu mengantar Helen ke Jalan Lingkar. “Maaf, Bapak cuma bisa mengantar sampai dekat portal saja,” kata satpam. “Nggak apa-apa, Pak, terima kasih, ya!” ujar Helen.
“Banyak rumah kosong,” gumam Helen memperhatikan sekitarnya. “Belang, di mana kau?” teriak Helen. “Meoooong…,” sahut Belang. “Asal suaranya dari rumah yang tak ada pagar di sebelah sana!” ujar Helen.
Helen berlari ke rumah itu dan terkejut ketika sampai di sana. “Jadi, ini rumah berwarna ungu yang katanya berhantu?” bisik Helen. “Meoooong…,” Belang mengeong dari atap rumah. Lalu ia melompat dari atap ke tembok pembatas dan turun menghampiri Helen.
Helen lantas menggendong kucing itu dan berbalik pergi. Tiba-tiba…
Pluuuk…
“Aduh!” seru Helen. Ada yang melempar sesuatu ke punggungnya. “Batu kerikil?!” ujar Helen menengok ke belakang, berniat memarahi pelakunya. Tapi, ia bingung karena tak menemukan siapa-siapa. Helen pun langsung bergegas pulang dan kembali melewati pos satpam.
“Syukurlah kucingnya ketemu!” kata pak satpam. “Iya, Pak. Tapi tadi ada yang melempar kerikil ke punggung saya,” lapor Helen. “Itu bukan orang, tapi hantu! Bapak juga pernah dilempar kerikil,” kata satpam. Helen terdiam, bingung.
Sore harinya, Bi Wani tampak gelisah. “Masa piring makan Belang bisa pindah tempat sendiri? Jangan-jangan ini ulah hantu rumah ungu? Ia pasti ikut Non Helen pulang,” kata Bi Wani. Helen cemberut. “Bi Wani, jangan membuatku takut, dong!” seru Helen.
Pada malam harinya, Helen masih penasaran tentang kejadian tadi siang. Siapa sebetulnya yang melempar kerikil? Apakah cerita pak satpam bisa dipercaya? Ahhh… masa, sih, ada hantu?
Tak lama, Helen tertidur dan bermimpi. Dalam mimpinya, ia mengintip ke dalam rumah ungu melalui jendela. Tiba-tiba, seorang anak berwajah pucat menatap balik padanya. Helen ketakutan dan terbangun. Rupanya, sudah pukul 5 pagi. Ia segera bersiap pergi ke sekolah.
Ketika membuka pintu depan, Helen terkejut. Seekor tikus besar menggigit piring makanan Belang. Tikus itu ketakutan melihat Helen dan lari menjauh, meninggalkan piring makan Belang di taman. Helen tertawa. Ia lalu menceritakannya pada Bi Wani yang datang menghampiri Helen. Tapi, Bi Wani masih punya cerita lain. “Bibi mimpi seram, diintip sama seorang anak pucat dari jendela!” kata Bi Wani. Lah kok, mimpinya mirip dengan mimpi Helen? “Aduh bingung…,” seru Helen sambil bergegas ke sekolah.(Teks: Seruni/ Ilustrasi: Just For Kids)