JAKARTA, majalahjustforkids.com – Pendidikan merupakan salah satu sektor yang mengalami banyak perubahan akibat pandemi. Tak hanya sementara, perubahan-perubahan yang terjadi juga memicu transformasi pendidikan secara jangka panjang, seperti misalnya penggunaan media digital dalam pembelajaran.
Webinar Impact Talks bertajuk “Implementasi Project Based Learning dalam Kurikulum Merdeka sebagai Solusi Pendidikan Pascapandemi” yang diadakan Ruangguru bersama Kemenkominfo sebagai rangkaian dari Road to Digital Transformation Expo (DTE) G20 Indonesia, turut membahas mengenai salah satu bentuk transformasi pendidikan yang terjadi karena pandemi.
Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu, 15 Oktober 2022 ini membahas lebih detail mengenai Project Based Learning dalam Kurikulum Merdeka serta peran penting penerapan metode tersebut untuk mengatasi dampak learning loss pascapandemi.
Asal Mula Kurikulum Merdeka
Mewakili Kemdikbudristek sebagai Koordinator Sub Pokja Transformasi Digital, Jatnika Hermawan menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka awalnya bermula dari kurikulum darurat yang dirumuskan di masa awal pandemi. Ketika itu, untuk meringankan kesulitan belajar selama pandemi, Kemdikbudristek mengambil langkah untuk menyederhanakan kurikulum dengan pengurangan 40–60%.
Setelah satu tahun berlangsung, ditemukan bahwa sekolah yang memilih menerapkan kurikulum darurat mencapai hasil belajar yang lebih baik dibanding sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013. Hasil baik inilah yang mendukung pemerintah untuk merumuskan Kurikulum Merdeka. Dengan Kurikulum Merdeka, guru memiliki lebih banyak waktu untuk fokus pada kualitas pembelajaran, bukan kuantitas.
Perbedaan Antara Project dan Project Based Learning (PjBL)
Inti dari PjBL sendiri adalah student-centered learning, dimana guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran, melainkan fasilitator. Bapak Hendi Pratama, Dosen & Coach Transformasi Pendidikan yang turut hadir sebagai pemateri dalam webinar tersebut pun menjelaskan perbedaan antara Project dan Project Based Learning dalam konteks pengajaran:
- Project dapat dilakukan secara mandiri oleh siswa, sedangkan PjBL memerlukan kolaborasi serta bimbingan dari guru.
- Project berfokus pada hasil. Di sisi lain, PjBL berfokus pada proses. Hasil dari Project Based Learning sendiri tidak harus berupa barang atau produk, melainkan dapat berupa konsep, gagasan, proposal ide, hingga suatu teori baru.
- PjBL dilakukan berdasarkan pengalaman/permasalahan yang nyata dan relevan dengan kehidupan siswa. Hal ini tidak dimiliki oleh project biasa.
Bapak Hendi melanjutkan, salah satu ide PjBL yang bisa diterapkan para guru misalnya mengajak siswa mengeksplorasi solusi untuk membujuk orang-orang yang merokok di tempat umum agar menggunakan tempat yang disediakan.
Implementasi Project Based Learning dalam Kurikulum Merdeka
Dalam pemaparannya, Bapak Jatnika Hermawan menyebutkan tiga ciri dari Kurikulum Merdeka, yakni:
- Esensial: Fokus pada materi esensial agar pembelajaran lebih mendalam dan interaktif.
- Fleksibel: Sekolah memiliki kebebasan merancang kurikulum sesuai relevansi dan kondisi masing-masing sekolah.
- Kaya: Disediakan perangkat ajar yang beragam bagi guru, mulai dari buku teks digital, perangkat asesmen yang terstandarisasi hingga platform Merdeka Mengajar yang memungkinkan guru untuk mengeksplorasi dan mengembangkan materi ajar.
Bapak Jatnika Hermawan melanjutkan bahwa Kurikulum Merdeka membantu membuat pengajaran menjadi lebih aplikatif dan interaktif. Penerapan Project Based Learning memperkuat Kurikulum Merdeka dengan adanya tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok.
Hal ini juga diamini oleh Bapak Ignasius Ghele Radja sebagai narasumber guru dari SMPN 1 Ende yang menuturkan bahwa penerapan PjBL mendapat respons positif dari siswa-siswi yang diampunya karena mereka dapat terlibat langsung, tidak mudah bosan, serta lebih aktif dalam pembelajaran.
Menutup sesi webinar, Bapak Hendi Pratama berpesan kepada guru-guru Indonesia bahwa kini guru tidak hanya “menjual” ilmu, namun juga mengajarkan siswa untuk dapat menghadapi berbagai permasalahan. Ilmu yang diberikan oleh guru bukan lagi sebatas teori, tapi dapat bermanfaat bagi kehidupan siswa. Dengan kata lain, guru berperan dalam menginspirasi dan memberikan pencerahan bagi siswa. Hal ini juga membuat penerapan Project Based Learning menjadi semakin esensial.
Foto: Ist