Ketika merayakan ulang tahun, pasti ada tradisi tiup lilin. Nah, kalian tahu nggak bagaimana tradisi meniup lilin menjadi wajib saat pesta perayaan bertambahnya usia kita?
Biasanya, lilin terbuat dari malam (lilin batik), lemak padat, atau materi lain yang terbakar secara lambat. Saat terbakar, panas api akan mencairkan lilin dari pangkal sumbu. Lilin yang sering kita gunakan saat ini kebanyakan terbuat dari bahan parafin yang diberi sumbu.
Walaupun kita sudah mengenal bola lampu, tapi lilin masih banyak digunakan untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Yang paling sering adalah ketika berulang tahun, pasti ada tradisi meniup lilin. Karena lampu tidak mungkin ditiup, ya, Kids? Hehe…
Buat Permohonan
Sejarah mencatat bahwa tradisi meniup lilin dimulai dari Kinderfest (kinder dalam bahasa Jerman artinya anak-anak), perayaan ulang tahun bagi anak-anak pada abad ke-18. Orang Jerman terkenal ahli membuat lilin dan mulai membuat lilin untuk kue. Ada juga yang meletakkan lilin besar di tengah kue untuk menandakan “Terangnya Kehidupan”.
Disebutkan, tradisi saat itu menempatkan lilin-lilin yang melambangkan jumlah usia di atas kue. Selain itu, ada juga yang melambangkan usia di masa depan. Nah, saat ini lilin digunakan dengan tujuan untuk mengucapkan permohonan. Katanya, kalau lilin yang ditiup mati semua dalam satu tiupan, maka keinginannya akan terkabul dan akan mendapat nasib yang baik di masa yang akan datang. Banyak yang beranggapan bahwa asap lilin dapat membawa harapan yang berdoa ke surga.