Raja Buga bangga pada meja kayu Gaharu di ruang makannya. Meja itu dibeli dari Negeri Peri, dan sudah ada sejak Kakek dan Neneknya bertahta. Ada peraturan di kerajaan, siapapun yang merusak meja kayu Gaharu, akan mendapatkan hukuman. Raja Buga menambahkan peraturan lagi, barang siapa yang mengatakan meja itu jelek, dia juga mendapatkan hukuman.
Salah satu adik Raja yaitu Pangeran Buki, menabrak meja kayu Gaharu pada suatu hari, dan dalam kemarahannya berkata kasar pada meja itu. Raja Buga memasukkan Pangeran Buki ke penjara! Sejak itu, seluruh istana takut pada meja kayu Gaharu.
Suatu malam, terjadi kegemparan di istana. Lilin-lilin tidak mau menyala dan istana jadi gelap gulita! Semua orang takut, termasuk Raja Buga. “Kutukan telah menimpa istana! Pasti ada yang menghina meja kayu Gaharu! Akan kuhukum dia!” seru Raja Buga. “Semua membenci meja kayu Gaharu karena hukuman yang Kakak buat. Meja kayu Gaharu yang dibenci, jadi sedih. Kesedihannya telah membuat istana gelap gulita. Kalau tidak mau ada petaka lebih lanjut, turuti kata-kataku!” jelas Puteri Bela, puteri baik hati dan pintar yang disayangi oleh rakyat. Raja Buga yang sayang pada Puteri Bela, menuruti Adiknya itu. Pangeran Buki dibebaskan atas permintaan Puteri Bela. “Kita harus pergi ke tempat asal meja Gaharu untuk menyelesaikan masalah ini,” kata Puteri Bela.
Raja Buga, Pangeran Buki, dan Puteri Bela bertamu ke Negeri Peri, mereka terkejut karena sedang terjadi pertengkaran antara kurcaci dan raksasa. Lalu, Ratu Peri datang dan meminta si raksasa dan kurcaci duduk di sebuah meja. “Meja itu juga meja kayu Gaharu!” seru Raja Buga. “Meja itu sama dengan meja di kerajaan kita!” tambah Pangeran Buki dan Puteri Bela. Si kurcaci dan raksasa, duduk di meja dengan Ratu Peri. Mereka berbicara. Tak lama kemudian, si kurcaci dan raksasa berjabat tangan. “Mereka berdamai!” seru Raja Buga, Pangeran Buki, dan Puteri Bela. “Di Negeri Peri, meja kayu Gaharu dikenal sebagai meja perdamaian. Siapa pun yang bertengkar, akan duduk di meja dan berunding mencari jalan keluar tanpa kekerasan,” jelas Ratu Peri.
Raja Buga tergugah hatinya. “Aku menyesal telah mengecilkan arti meja kayu Gaharu. Ayo, bawa teladan Negeri Peri ke kerajaan kita!” kata Raja Buga pada Puteri Bela dan Pangeran Buki. “Kami akan mendukung Kakak!” seru mereka bahagia. Raja Buga mengubah peraturan jahat tentang meja kayu Gaharu dan menggantinya menjadi baik. Mulai sekarang, meja itu diletakkan di tengah kota dan semua penduduk yang punya kesulitan, akan duduk di meja itu. Dan Raja Buga, Puteri Bela atau Pangeran Buki akan membantu mereka.(Teks: Seruni/ Ilustrasi: Fika)