Malam ini tepat di hari Valentine, Bella terpaksa menginap di rumah sakit. Ibunya dirawat karena sakit tifus sejak kemarin. Sedangkan, Ayah masih berada di luar kota untuk urusan pekerjaan. Baru besok pagi, Ayah pulang.
Sore hari sepulangnya dari sekolah, Bella langsung pergi ke rumah sakit. Ia menyusuri koridor rumah sakit, mencari kamar Ibunya dirawat. “Kamar 305.. Ini dia!” seru Bella kegirangan. Pintu kamar dibukanya perlahan. Di kamar itu, tak hanya Ibunya saja yang dirawat. Ada pasien lain persis di sebelah Ibu. Seorang Nenek dengan infus dan alat bantu pernapasan yang terpasang di hidungnya. “Ayo masuk, Bella,” ujar Ibu membuyarkan lamunannya. Bella menghampiri ranjang Ibu. “Bagaimana keadaan Ibu?” tanya Bella khawatir. “Ibu sudah mendingan, kata dokter, Ibu boleh pulang besok,” jawab Ibu sembari tersenyum.
Mata Bella tertuju pada pasien Nenek di sebelah Ibu. Nenek itu nampak tidur pulas dengan wajah tersenyum. Meski sakit, ia justru terlihat bahagia. Padahal, tak ada sanak keluarga yang menemaninya.
Malamnya, setelah makan malam dan minum obat, Ibu langsung tidur. Bella ikutan mengantuk. Dengan beralaskan karpet tebal yang dibawanya dari rumah, Bella tertidur tepat di samping ranjang Ibu.
Tok.. Tok.. Tok..
Sayup-sayup terdengar pintu kamar diketuk pada tengah malam. Bella berusaha untuk membuka matanya. Ia bangkit dari tidurnya. “Nak, bolehkah Nenek meminta tolong?” tanya Nenek yang masih terbaring di ranjangnya. “Ehm… Boleh, Nek,” Bella menjawab sambil melirik ke arah Ibu yang masih tertidur. “Tolong bukakan pintunya. Suami Nenek mau menjemput,” tutur sang Nenek.
Bella kemudian berdiri dan berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Namun, tak ada siapa-siapa di luar. Bahkan, sepanjang koridor pun tak terlihat ada orang. Yang ada hanyalah setangkai mawar putih di lantai, persis di depan pintu. “Tidak ada siapa-siapa, kok, Nek. Adanya setangkai mawar putih ini,” ujar Bella sambil mengambil mawar putih itu. “Ohh, suami Nenek sudah masuk, kok. Tolong sekalian bawakan mawar putih itu ke Nenek, ya,” kata Nenek.
Bella kebingungan. Sedari tadi, ia memastikan tak ada orang yang masuk ke kamar. Bella lantas memberikan mawar putih itu ke Nenek. “Terima kasih, ya, Nak,” ujar Nenek tersenyum bahagia. Bulu kuduk Bella tiba-tiba berdiri. Entah apa penyebabnya. Ia pun berusaha kembali berbaring di atas karpet. Beberapa saat kemudian, ia sudah terlelap.
“Bella.. Bella.. Bangun!” Ibu memanggil. “Ada apa, Ibu?” tanya Bella sembari mengucek matanya. “Ini sudah pagi, sudah waktunya kamu berangkat sekolah,” kata Ibu. Bella pun bangun dari tidurnya. “Lho, Nenek itu kemana?” tanya Bella menunjuk ranjang di samping Ibu yang kosong. “Nenek Sri maksudnya? Tadi Shubuh, dia meninggal. Mungkin kondisi tubuhnya sudah tak kuat lagi. Kasihan Nenek Sri, ia tak punya anak dan keluarga. Suaminya sudah lebih dulu meninggal 3 bulan lalu,” cerita Ibu. “Kemarin siang, Nenek Sri cerita mengenang suaminya. Biasanya, di hari Valentine, Nenek Sri selalu diberi setangkai mawar putih oleh suaminya. Valentine tahun ini adalah yang pertama kalinya, tak ada mawar putih,” Ibu lanjut bercerita.
Bella terkejut bukan main. Semalam, ia diminta untuk membukakan pintu untuk suami si Nenek yang akan menjemput. Padahal, suaminya sudah meninggal, dan tak ada siapa-siapa di luar, tadi malam. Bella juga menemukan setangkai mawar putih. Benarkah suami Nenek Sri yang datang dan benar-benar ‘menjemput’nya?