“Haha..Haha.. Aku lebih hebat daripada kalian!” ujar si Matahari yang bersinar terik di langit pada siang hari itu. Awan Putih dan Awan Kelabu ketakutan dengan sikap Matahari. “Aku bisa memancarkan sinar yang panas, sedangkan kalian?” tutur Matahari dengan sombongnya. “Kalian hanya gumpalan awan yang cuma bisa menghalangi pancaran sinarku.”

“Matahari, kamu tidak boleh sombong seperti itu,” timpal si Awan Putih. “Kita semua ciptaan Tuhan, dan kita ditugaskan untuk membantu manusia dan makhluk hidup yang ada di bawah sana,” Awan Kelabu tak mau kalah menasehati Matahari.

“Aku tak peduli! Yang penting Aku lebih hebat daripada Kalian,” jawab Matahari tak berhenti menyombongkan dirinya sendiri. “Apa kalian tidak melihat di bawah sana?! Dengan sinarku, Aku bisa membantu manusia lebih banyak daripada kalian,” kata Matahari lagi.

Saat itu, sinar Matahari memang sangat terik daripada hari-hari sebelumnya. Sinarnya menyengat sehingga udara di Bumi semakin panas. Entah apa yang membuat Matahari bersikap sombong.

“Aku lebih besar daripada kalian dan aku pun berada jauh lebih tinggi,” ujar Matahari. “Aku memang pantas disebut sebagai penguasa langit,” dengan sombongnya, Matahari mengusir Awan Putih dan Awan Kelabu yang menghalangi sinarnya.

Sinar Matahari memang banyak membantu semua makhluk hidup di Bumi. Dengan sinarnya, semua tumbuhan dapat memanfaatkan cahayanya untuk pertumbuhan. Manusia juga dapat memanfaatkan sinar Matahari untuk berbagai keperluan. Bahkan, dengan kepintaran manusia, sinar Matahari dapat diubah menjadi energi melalui pembangkit listrik tenaga surya. “Coba kalian lihat ke bawah sana, Aku bisa membantu mengeringkan jemuran pakaian yang baru dicuci,” tutur Matahari.

“Aku juga bisa menerangi anak-anak yang sedang bermain di bawah sana,” congkak Matahari tak berhenti juga. Saat itu, ibu-ibu yang baru selesai mencuci pakaian memang terlihat senang dengan hadirnya Matahari. Mereka bisa mengeringkan pakaian yang basah dengan cepat.

Semakin congkak Matahari, semakin ia memancarkan sinarnya yang panas. Anak-anak yang sedang bermain di luar rumah mulai merasa kepanasan. Keringat mengucur deras karena udara yang semakin panas. Sekumpulan anak-anak itu pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya masing-masing.

Tanaman dan pepohonan yang sebelumnya merasa hangat dengan adanya sinar Matahari, mulai mengering. Segala macam tumbuhan itu tidak kuat dengan panas Matahari yang terlalu berlebihan.

Matahari justru tak peduli. Ia semakin memancarkan sinarnya yang menyengat. “Matahari, coba kamu lihat ke bawah sana!” teriak Awan Putih. “Sinar kamu terlalu panas, semua makhluk hidup di Bumi tidak kuat terkena sinarmu,” ujar Awan Kelabu.

Matahari langsung melihat kondisi di Bumi. Ternyata anak-anak yang tadinya riang gembira bermain di luar rumah sudah tak ada lagi. Hampir semua orang lebih memilih berdiam di rumah karena cuaca yang sangat panas. Sehingga kondisi kota menjadi sepi.

Berbagai tumbuhan juga sudah mengering karena tak kuat terkena sinar Matahari yang terlalu panas. Daun-daun yang berwarna hijau berubah warna menjadi kecokelatan. “Astaga, kenapa bisa begini?!” ujar Matahari terkejut.

“Sinarmu memang banyak manfaatnya, tapi kalau terlalu berlebihan jadi begini akibatnya,” tutur Awan Putih menjelaskan. “Maafkan Aku, teman-teman. Aku salah karena terlalu sombong,” ujar Matahari sedih karena telah berbuat salah. “Kita harus bagaimana sekarang?” tanya Matahari.

“Sekarang, ini adalah tugasku,” jawab Awan Kelabu. Gumpalan Awan Kelabu perlahan-lahan menghalangi Matahari. Langit pun menjadi gelap karena sinar Matahari sudah terhalang.

Tak lama kemudian, Awan Kelabu mulai menjatuhkan butiran hujan. Ya, hujan langsung membasahi bumi. Cuaca panas berganti dengan hujan deras. Tumbuhan merasa senang dengan turunnya hujan. Mereka tak lagi merasa kekeringan. Penduduk kota yang sedang berada di dalam rumah mulai merasa nyaman karena udara panas berubah menjadi sejuk.

Hujan deras tak berlangsung lama. Matahari kembali menampakkan panasnya. “Nah, sekarang aku akan bertugas menghalangi sebagian sinarmu agar cuaca tidak terlalu panas,” ujar Awan Putih. Benar saja, cuaca memang menjadi hangat karena hanya sebagian sinar Matahari terpancar ke Bumi.

“Hai teman-teman,” sapa Pelangi yang selalu muncul setelah hujan reda. “Hai, Pelangi!” jawab Matahari, Awan Putih, dan Awan Kelabu berbarengan.

“Sepertinya sudah saatnya aku menampakkan diri di langit,” ucap Pelangi sambil tersenyum. “Iya, silakan Pelangi,” timpal Matahari. Langit pun menjadi indah dengan hadirnya Pelangi. Matahari akhirnya sadar bahwa dengan kerjasama, maka manfaatnya akan jauh lebih besar. Ia tak lagi menjadi sombong dan selalu bekerja bersama dengan teman-temannya demi kelangsungan makhluk hidup di bumi. (Cerita : JFK / Ilustrasi : Agung)

 

 

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *