Lula bukan anak yang suka bermain bersama anak-anak lainnya. Dia menganggap mereka berisik dan menyebalkan.
“Aku akan menciptakan sebuah robot untuk dijadikan teman. Dia tidak akan berisik dan pasti sangat pintar seperti aku!” kata Lula.
Liburan tiba, Lula pun mulai merakit robotnya. Dia mendapat undangan ulang tahun dari Nina, teman sekelasnya, tapi memilih tidak datang.
Akhirnya robot rakitan Lula selesai! Si robot hitam yang dinamai Lala mulai bersuara dan bergerak.
“Ayo kita membaca, Lala,” ajak Lula. “Tidak mau. Aku mau bermain,” kata Lala.
Gubrak! Gubrak! Lala si robot hitam melemparkan semua buku Lula, kemudian menjatuhkan lemari buku itu ke lantai.
“Hii…toloong!” jerit Lula. Rumah kosong, karena kedua orangtuanya sedang pergi.
Lula berlari dari kejaran Lala. Robot itu benar-benar di luar kendali! Lula memanjat pohon di luar rumahnya dan diam di sana sambil menangis.
“Lula! Dimana kamu?” seseorang memanggil namanya. Dari atas pohon, Lula melihat Nina, teman sekolah yang mengundangnya ke pesta ulang tahun.
Nina membawa bingkisan berisi kue dan permen. Dia juga membawa sebotol sari buah segar.
“Lula! Kamu ngapain disitu? Wajahmu pucat!” seru Nina terkejut.
“Lula! How come you’re there? Your face looks pale!” exclaims Nina, surprised.
“AWAS! Robot!” Lula menunjuk ke arah belakang Nina dengan takut. Lala si robot menyerang Nina.
Nina membuka botol sari buah yang dibawanya dan… BYUUR! Sari buah itu menyirami kepala Lala, dan…Bzzzt! Bluk! Lala si robot hitam menakutkan langsung rusak.
“Terimakasih karena telah menolongku, Nina. Maafkan sikapku yang menyebalkan, tidak mau bergaul dengan kau dan teman-teman lain,” kata Lula.
Sejak saat itu, Lula mengubah sifat jeleknya. Dia berteman dengan Nina dan kawan-kawannya.
Mereka selalu menemani dan menghiburnya di saat senang dan sedih, hal yang tidak mungkin dilakukan oleh sebuah robot!
Cerita: Seruni Ilustrasi: JFK
