Jika saja ada perlombaan bertutur cerita yang paling lama, mungkin orang Banjar yang akan jadi pemenangnya. Kenapa? Sebab masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan, memiliki kegemaran atau seni yang sangat tua umurnya yaitu Lamut.
Lamut adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial, dan budaya Banjar. Lamut merupakan seni cerita bertutur, seperti wayang atau cianjuran. Bedanya, wayang atau cianjuran dimainkan dengan seperangkat gamelan dan kecapi, sedangkan Lamut dibawakan dengan iringan terbang, alat tabuh untuk seni hadrah.
Malam Hari
Pelaksanaan Lamut akan dilakukan pada malam hari mulai pukul 22.00 sampai pukul 04.00 atau menjelang Shubuh. Pembawa cerita dalam Lamut ini diberi julukan Palamutan. Pada acara, Palamutan dengan membawa terbang besar yang diletakkan di pangkuannya, duduk bersandar di tawing halat (dinding tengah), dikelilingi oleh pendengarnya. Khusus untuk pendengar perempuan, disediakan tempat di sebelah dinding tengah tadi.
Sang Palamutan begitu menghayati cerita dan musik yang ia hadirkan kepada penonton. Saat sang Palamutan beraksi, penonton bisa terbuai dan larut dalam cerita. Tapi tidak semua narasi dalam cerita dilagukan, namun ada bagian-bagian yang diselingi dengan tabuhan terbang.
Sejarah
Banyak yang mengira Lamut berasal dari Timur Tengah. Padahal asalnya adalah dari negeri China. Bahasanya pun semula menggunakan bahasa Tionghoa kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Banjar.
Datangnya Lamut di tanah Banjar kira-kira pada tahun 1816 yang dibawa oleh para pedagang Tionghoa. Kabarnya orang-orang dulu sangat menyukainya karena Lamut membawa cerita yang sangat banyak dan merupakan cerita pengalaman di banyak negeri yang disampaikan secara bertutur seperti mendongeng.
Teks: JFK Foto: Istimewa