“Wah, bangunan sekolah ini nampak tua sekali!” ujar Neni saat memasuki gerbang sekolah. Hari ini adalah hari pertama Neni masuk sekolah. Ia baru saja pindah ke kota Bogor. Tadinya, Neni tinggal di Semarang. Namun, karena Ayah dipindahtugaskan ke kota Bogor, Neni dan Bunda pun ikutan pindah.

“Iya, karena bangunan SD Mutiara ini peninggalan Belanda,” timpal Bunda yang mengantarkan Neni ke sekolah. “Jadi terlihat menyeramkan, Bunda!” ucap Neni dengan raut wajah ketakutan. “Tenang saja, sekolah ini adalah sekolah unggulan. Jadi kamu bisa berteman dengan anak-anak pintar di sini,” ujar Bunda berusaha menenangkan.

Setelah menghadap ke kepala sekolah, gadis cilik berambut keriting ini pun masuk ke kelas 5A. Bunda pun mengantarkan hingga pintu kelas. “Selamat belajar, ya,” ucap Bunda sesaat sebelum Neni masuk kelas. Bunda lantas pulang ke rumah. Nanti siang Bunda kembali lagi untuk menjemput Neni.

Tak butuh lama bagi Neni untuk berteman di sekolah yang baru. Ia sudah berteman akrab dengan Weli dan Emma. Kebetulan, mereka bertiga duduk berdekatan di dalam kelas. “Neni, nanti istirahat kita makan bakso bareng, ya,” bisik Weli yang duduk di sampingnya. “Iya,” jawab Neni mengangguk pelan.

Kriiiing.. Kriiing..

Bel istirahat berbunyi kencang. “Ayo, kita ke kantin!” ajak Weli. “Tapi, aku mau ke toilet dulu,” ujar Neni. “Ya, sudah. Aku dan Weli tunggu di depan kelas, ya,” timpal Emma. Neni langsung mengangguk dan berjalan menuju toilet.

Weli dan Emma pun menunggu di luar kelas sambil mengobrol. “Emma, kamu sudah tahu cerita tentang sekolah kita?” tanya Weli. “Hah, cerita apaan?” tanya Emma penasaran. “Wah, kamu belum tahu? Kamu masih ingat nggak kapan sekolahan ini menerima siswa pindahan?” Weli balik bertanya. “Ehmm.. Wah aku nggak tahu kapan,” jawabnya dengan polos.

“Nah, itu dia. Konon katanya, sejak 20 tahun lalu sekolahan kita ini nggak pernah menerima siswa pindahan. Katanya, sih, sekolahan ini punya pantangan tidak boleh menerima siswa pindahan,” jelas Weli. “Lho, memang kenapa? Nah, itu Neni kan pindahan,” ucap Emma. “Aku juga bingung. Mungkin karena kepala sekolah kita baru, jadi nggak tahu kebiasaan di sekolah ini,” tutur Weli menduga-duga.

“Lah, itu Neni, kok, malah pergi ke kantin sendirian?” tanya Emma sambil menunjuk seorang gadis cilik berambut keriting yang nampak dari belakang sedang menuju ke kantin. “Lho, kok malah ninggalin kita, sih?!” ucap Weli kebingungan. “Neni… Neni…,” teriak Emma memanggil Neni. Namun, gadis cilik berambut keriting itu tak menoleh sama sekali. Ia malah berbelok ke arah kantin seorang diri.

“Ayo, kita susul dia ke kantin!” ajak Weli. Emma dan Weli lantas berjalan menuju ke kantin. Tak berapa lama kemudian, terdengar suara memanggil; “Emma… Weli…”

Keduanya lalu menoleh pelan ke arah toilet. Ternyata, Neni-lah yang memanggil. Emma dan Weli saling berpandangan. Mereka kebingungan. “Lho, kalian kenapa terlihat bingung?” tanya Neni saat menghampiri kedua sahabatnya itu. “Kamu bukannya tadi sudah berjalan sendirian ke arah kantin?” Emma balik bertanya. “Lah, kan aku baru dari toilet,” jawab Neni dengan santai.

“Tapi tadi kami berdua melihat kamu sendirian berjalan ke kantin!” ujar Weli bersikukuh sambil berjalan menuju kantin. Sesampainya di kantin. Tak ada gadis cilik berambut keriting yang mirip dengan Neni. Emma dan Weli pun tambah bingung. (BERSAMBUNG)

 

Cerita: JFK     Ilustrasi: JFK

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *