Minggu pagi yang cerah, Wulan dan keluarga pergi mengunjungi rumah saudara mereka yang tinggal di Bogor. Sepupu Wulan yang bernama Tasya, memiliki seekor kucing anggora betina yang baru saja melahirkan 4 ekor anak. Tasya meminta Wulan untuk membawa seekor, supaya di rumahnya tidak terlalu banyak anak kucing. Wulan menerima tawaran Tasya dengan senang hati.

Wulan kini memiliki hewan peliharaan baru, segera ia memberitahukannya kepada Cindy, tetangga sekaligus sahabat karibnya. “Cindy, lihat deh, aku punya kucing lho, namanya Gembul, lucu ya?” ucap Wulan. “Ih, apanya yang lucu?” ujar Cindy. “Kamunya aja yang aneh, nggak suka kucing,” balas Wulan.

Cindy memang tidak begitu suka dengan kucing. Baginya, memiliki hewan peliharaan itu tidak ada gunanya. Yang ada hanya menyusahkan saja.

Menjelang malam, Wulan datang ke rumah Cindy untuk berpamitan. Wulan akan menginap di rumah Tasya selama seminggu karena orangtua Wulan harus pulang ke Jambi untuk menjenguk Neneknya yang sakit.

“Kamu nggak perlu merasa kesepian Cin, anggap aja kucing ini aku,” ledek Wulan. “Yee..kucing kan nggak bisa diajak main, Lan,” ujar Cindy kesal. “Lagian kenapa sih kamu menyuruhku merawat kucing ini, kamu kan tahu aku nggak suka kucing,” ungkap Cindy. “Tidak mungkin aku bawa si Gembul. Kalau dibiarkan sendiri di rumah, kasihan, makanya aku titipin ke kamu,” kata Wulan.

Dua hari menjaga kucing, sudah membuat Cindy stres. Si Gembul sangat agresif, apalagi kalau melihat benda yang bergerak, pasti langsung diterkamnya. Selain itu, yang membuat Cindy tambah geram, kucing itu selalu mengganggunya ketika ia sedang makan.

“Heh, Gembul, kamu ngapain sih? Aku kan lagi makan! Ini bukan makanan kamu, tahu!” bentak Cindy. Hewan berbulu itu hanya memperhatikan Cindy dan tidak mau beranjak dari hadapannya.

Saking kesalnya, Cindy lalu menjinjing Gembul ke teras rumah dan mengunci pintu supaya Gembul tidak bisa masuk. “Nah, sekarang aku bisa makan dengan tenang,” seru Cindy.

Selesai makan, Cindy menonton televisi di ruang tamu dan tertidur. Tak lama, suara bel di pintu membangunkan Cindy. “Cindy, si Gembul mana? Mama beliin makanan nih buat dia,” tanya Mama yang baru saja pulang dari kantor. “Tadi sih aku kunciin di luar, Ma,” jawab Cindy. “Kok dikunciin sih, nanti kalau hilang bagaimana?” tanya Mama. “Biarin aja, abis aku kesel sama kucing itu, Ma,” seru Cindy. “Ya tapi kan si Gembul dititipkan Wulan sama kamu. Suka nggak suka, kamu harus merawatnya,” jelas Mama. “Lekas kamu cari!” pinta Mama.

Dengan berat hati, Cindy pun menuruti perintah Mamanya. “Puss..,” panggil Cindy sambil mencari kucing itu. Tetapi si Gembul tidak menyahut.

“Ma, si Gembul hilang, gimana nih?” ujar Cindy panik. “Kamu sudah mencarinya?” tanya Mama. “Sudah, Ma, aku sudah mencarinya di luar tapi tidak ketemu juga,” jawab Cindy.

“Ya sudah, Mama bantu carikan ya. Tapi ingat, kalau sudah ketemu, jangan ditelantarkan lagi!” kata Mama. “Iya, Ma, Cindy janji,” ujar Cindy.

Cindy dan Mamanya mulai menggeledah seisi rumah, teras, halaman, sampai jalanan di depan rumah. Namun si Gembul tetap tidak ketemu. Karena sudah terlalu lelah mencari, mereka memutuskan untuk istirahat sebentar di teras, sebelum melanjutkan pencarian.

“Cindy, perasaan tadi Mama sudah menyapu halaman, tapi kenapa sampahnya jadi berserakan begitu ya?” gumam Mama heran. “Ma, lihat deh, tempat sampahnya terbalik dan bergerak sendiri,” seru Cindy. “Sepertinya Mama tahu di mana si Gembul,” tebak Mama.

Mereka pun mendekati tempat sampah yang terbalik dan mengangkatnya. Ternyata si Gembul terperangkap di dalam tempat sampah yang terbalik itu.

Cindy begitu senang, akhirnya si Gembul ditemukan. Cindy berjanji akan mengurus kucing itu dengan baik dan tidak akan menelantarkannya lagi.

 

Cerita: JFK     Ilustrasi: JFK

 

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *