Di masa pandemi Covid-19, konsumsi asupan manis dan asam semakin meningkat. Sayangnya, hal ini tidak diiringi dengan peningkatan kebiasaan merawat gigi dan mulut, bahkan kebiasaan mengunjungi dokter gigi juga semakin menurun.

Hal ini dibuktikan dengan survei terbaru yang dirilis oleh GSK Consumer Healthcare bekerjasama dengan perusahaan riset IPSOS, baru-baru ini. Survei dilakukan kepada 4.500 partisipan yang berusia diatas 18 tahun dan berasal dari 5 Negara Eropa (Perancis, Jerman, Britania Raya, Spanyol, dan Rusia) dan 4 Negara Asia Tenggara (Indonesia, Filipina, Singapura, dan Thailand).

Dari survei, diketahui bahwa konsumen Indonesia menyadari akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut serta dampaknya bagi kesehatan mental serta tubuh. 9 dari 10 konsumen di Indonesia atau setara dengan 89% percaya bahwa kesehatan gigi dan mulut yang baik bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan memiliki dampak positif bagi kesehatan mental dan kebahagiaan seseorang (81%). Namun hal tersebut tidak diiringi dengan upaya yang cukup dalam menjaga dan memperbaiki kesehatan gigi dan mulut. Hasil survei menunjukkan hanya 6% konsumen yang secara rutin memeriksa atau membersihkan gigi guna secara aktif menjaga kesehatan gigi dan mulut mereka.

Konsumen di Indonesia saat ini setidaknya memiliki satu masalah kesehatan gigi dan mulut, namun kebiasaan ngemil, konsumsi kopi/teh, makanan dingin, jus kemasan, dan minuman ringan semakin meningkat. Survei menunjukkan bahwa selama pandemi ada peningkatan konsumsi makanan ringan sebanyak 28%, diikuti oleh 26% kopi/teh, 14% makanan dingin, 22% jus kemasan, dan 10% minuman ringan.

Padahal, peningkatan konsumsi jenis makanan dan minuman ini berdampak buruk bagi kesehatan gigi dan mulut, terutama  dapat merusak enamel gigi yang tidak dapat dipulihkan secara alami oleh tubuh manusia. Menurut survei, saat ini tiga masalah kesehatan gigi yang paling banyak dialami konsumen Indonesia adalah: gigi sensitif (82%), berlubang (50%), dan noda kuning (30%).

Ketika ditanya lebih lanjut tentang bagaimana merawat gigi dan mulut mereka, solusi yang paling banyak digunakan adalah menggosok gigi secara teratur yang dijawab oleh 36% responden. Hal ini tentunya menandakan minimnya upaya atau perawatan khusus yang dilakukan dalam meningkatan kesehatan gigi dan mulut. Lebih lanjut lagi, hanya 6% dari konsumen Indonesia yang secara rutin mengunjungi dokter gigi untuk pemeriksaan.

Ketika ditanyakan kemungkinan akan mengunjungi dokter gigi di waktu mendatang, sebanyak 70% konsumen Indonesia mengaku khawatir dan tidak yakin risiko penularan virus corona sudah bisa diminimalisir. Data menunjukkan, 46% merasa takut akan banyaknya orang yang berkunjung sehingga sulit untuk tetap menjaga jarak dengan pengunjung lain. Lalu 63% konsumen berpikir adanya kemungkinan penularan Covid-19 yang tinggi dari peralatan gigi yang digunakan; serta 41% menunjukkan keragu-raguan akan kebersihan klinik gigi.

Meskipun terdapat kekhawatiran akan ketidakpastian rentannya penyebaran Covid-19 di klinik gigi, konsumen tidak serta merta mencari alternatif untuk merawat kesehatan gigi dan mulut mereka. Fakta ini didukung dengan hanya 40% yang menggosok gigi lebih sering dibandingkan sebelum pandemi. Meskipun terdapat peningkatan konsumsi makanan dan minuman yang berpengaruh negatif terhadap kesehatan gigi dan mulut, 59% konsumen Indonesia justru menyatakan tidak ada perbedaan frekuensi menggosok gigi baik sebelum maupun selama pandemi. Namun demikian, survei menunjukkan sebanyak 32% konsumen mengaku lebih banyak mengkonsumsi obat kumur apabila dibandingkan dengan masa-masa sebelum pandemi.

“Perawatan gigi dan mulut akan mempengaruhi rasa percaya diri dan juga kondisi kesehatan seseorang secara keseluruhan. Beberapa perawatan bisa dilakukan secara mandiri, seperti: membatasi konsumsi gula tambahan kurang dari 6 sendok teh per hari; mengurangi konsumsi makanan asam; dan melakukan rutinitas perawatan diri sehari-hari misalnya penggunaan produk khusus saat menyikat gigi untuk merawat gigi sensitif. Meski demikian, peran ahli juga mutlak diperlukan sebab dokter gigi berperan dalam rutinitas perawatan mulut yang baik dan menyeluruh. Sekalipun di tengah pandemi dengan pembatasan aktivitas tatap muka di negara kita, peran dokter gigi dan pentingnya mengunjungi dokter gigi secara teratur tidak boleh diabaikan. Masyarakat dapat menggunakan pelayanan dokter gigi jarak jauh atau tele-dentistry untuk mendapatkan perawatan dari para ahli,” terang Prof. Dr. drg. Chiquita Prahasanti, Sp.Perio(K), Guru Besar Departemen Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga-Surabaya, Ketua Kolegium Periodonsia Indonesia.

Keith Choy, Region Head, Asia Pacific, GSK Consumer Healthcare mengatakan “Kami senang melihat semakin banyak masyarakat yang sudah sadar tentang dampak berkepanjangan dari tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut.  Namun, masih banyak yang harus kita lakukan. Perawatan gigi dan mulut dan yang baik dan teratur sangat penting untuk kesehatan dalam jangka panjang. Sebagai ahli di bidang kesehatan gigi dan mulut, GSK Consumer Healthcare terus berkomitmen untuk selalu menemani perjalanan konsumen Indonesia menggapai kesehatan mulut, gigi, serta tubuh yang lebih baik,” tutupnya.

Foto: Ist

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *