Sejak dahulu, burung camar di Pulau Mar selalu berebut ikan dengan para nelayan yang juga tinggal di pulau itu. Setiap hari, burung-burung camar bersembunyi di batu-batu karang besar, mengintai para nelayan yang pulang melaut.
Para nelayan yang kesal, selalu menyisihkan hasil tangkapan ikannya untuk mereka. Tapi, jika ikan tangkapan hanya sedikit, para nelayan akan mempertahankan hasil tangkapan ikan mereka dengan susah payah dari burung-burung camar yang berusaha mengambilnya.
Suatu hari, seekor burung camar bernama Caca diajak oleh teman-temannya melihat cara merebut makanan dari para nelayan. Tiga ekor burung camar besar dan menakutkan, dengan kasar mengepak-ngepakkan sayap mereka, mengelilingi seorang nelayan muda.
Si nelayan yang ketakutan, menyeburkan dirinya ke laut. Burung-burung camar tertawa senang, lalu mengambil ikan-ikan hasil tangkapan si nelayan malang itu. “Kejam!” seru Caca marah. “Kejam? Ini adalah cara kita mencari makan. Ini perintah Ratu Camar!” balas teman-teman camar Caca.
Caca tak mau makan dengan cara merebut milik nelayan. “Aku harus bicara dengan Ratu Camar,” pikir Caca. “Ratu Camar, mengapa kita harus makan dengan merebut milik orang lain?” tanya Caca. “Karena mencari ikan di laut berbahaya. Putriku hilang ketika mencoba menangkap ikan di laut. Aku tidak ingin membahayakan rakyatku,” cerita Ratu Camar. Caca tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Suatu ketika, Caca berdiri di tepi karang tinggi, memikirkan jalan keluar. Tiba-tiba, dari kejauhan, tampak seekor burung camar terbang mendekat dan hinggap tak jauh dari tempat Caca bertengger. “Ratu Camar?” tanya Caca ketika melihat si burung camar. “Namaku Mara. Aku adalah anak Ratu Camar yang hilang. Kini aku kembali ke Pulau Mar,” jelas si burung camar yang mirip Ratu Camar. “Ini keajaiban!” seru Caca senang.
Caca membawa Mara menemui Ratu Camar. Mereka berpelukan bahagia. “Aku diselamatkan oleh seorang nelayan dan disayangi seperti anak sendiri,” cerita Mara. “Nah, Ratu Camar, ayo ubah cara kita mendapatkan ikan. Jangan menyusahkan para nelayan,” ujar Caca. Ratu Camar pun setuju.
Caca dan Ratu Camar bertemu para nelayan untuk berunding dan meminta maaf. “Percuma. Ada bahaya besar di Negeri Mar. Pohon untuk membuat perahu terkena hama dan mati. Kalau tidak mendapatkan obat hama dari petapa langit, kita tak bisa melaut selamanya,” jelas seorang nelayan. “Aku akan pergi menemui petapa langit,” tutur Caca. ”Akan kutunjukkan penyesalan burung camar yang sudah membuat kalian susah,” tambah Mara.
Caca dan Mara pun berhasil mendapatkan obat dari petapa langit. Para nelayan sangat gembira. “Karena kalian ikut berjasa, kami akan membagi hasil tangkapan ikan kami setiap hari,” janji mereka. Begitulah, burung-burung camar kini dengan sabar menanti ikan yang diberikan oleh para nelayan. Kini, jika para nelayan kesulitan, burung-burung camar ikut membantu dan mendapatkan ikan dengan bekerjasama.
Cerita: Seruni Ilustrasi: JFK