Natal akan segera tiba, Lukas mulai membantu mama membereskan ruang tamu, ruang keluarga, dan ruang makan. Sekaligus mendekorasi ruangan.

Lukas sangat suka bagian menghias ruangan apalagi menghias pohon Natal. Namun, berhubung pohon Natalnya belum dibeli, jadi, Lukas menghias bagian yang lain.

Lukas meletakkan berbagai pajangan Natal meja tamu, menempelkan pita-pita di dinding, dan menggantungkan kaus kaki Natal di setiap pintu kamar dan jendela. “Ma, pohon natalnya kapan datang? Aku sudah nggak sabar mau menghiasnya,” seru Lukas. “Papa bilang sih nanti malam pohon Natalnya dikirim ke rumah,” ucap mama Lukas.

Malam harinya, pohon Natal yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Papa Lukas segera meletakkannya di ruang tamu. Pohon Natal setinggi 150 cm itu membuat ruang tamu di rumah Lukas menjadi begitu indah.

“Pa, aku mau menghias pohon Natalnya sekarang ya,” ucap Lukas. “Besok saja, Nak, sekarang sudah malam,” kata Papa. “Baiklah, tetapi besok aku boleh menghias pohon Natal sesuai kemauanku kan, Pa?” tanya Lukas. “Tentu saja boleh,” ucap Papa tersenyum kepada anak lelakinya itu.

Lukas bangun pagi dengan senyum mengembang. Hari ini ia akan menghias pohon Natal. Ia segera merapikan tempat tidurnya dan mandi. Di ruang tamu sudah ada papa yang merapikan dahan pohon Natal agar terlihat lebih rapi, sedangkan mama sedang membuat kue kering untuk Natal.

Lukas lalu menghampiri papa, “Paapaa,” sapa Lukas. “Eh, anak Papa sudah wangi toh, biasanya malas mandi pagi,” ujar papa menggoda Lukas. “Hehe.. aku sudah tidak sabar mau menghias pohon Natalnya, Pa,” kata Lukas. “Ya sudah, bantu Papa mengambil peralatannya di gudang ya,” pinta papa. “Siap!” jawab Lukas.

Papa dan Lukas membawa berbagai macam pernak-pernik dekorasi Natal. Papa selalu menyimpan pernak-pernik Natal dengan rapi, sehingga setiap Natal tiba, tidak perlu membeli pernak-pernik lagi. Papa bilang, selagi masih bisa dipakai, tidak perlu membeli yang baru.

Saat sedang mengambil pernak-pernik di gudang, Lukas menemukan sepasang kaus kaki berwana merah, berpita hijau, dan ada bulu-bulu berwarna putih. Lukas lalu mengambilnya dan memasukkannya ke dalam saku celana.

Lukas mulai memasangkan pernak-pernik di pohon Natal. Ia memilih-milih mana aksesoris yang tepat untuk digantung di pohon Natal. “Pa, ini bagus nggak digantung di sebelah sini?” ujar Lukas. Papa pun mengangguk. “Pa, bintangnya diletakkan di puncak pohon Natal kan?” tanya Lukas. “Iya, Nak, sini, biar Papa yang pasangkan!” seru papa.

Akhirnya, pohon Natal sudah selesai dihias. Lukas lupa akan perihal kaus kaki yang ia temui di gudang tadi. “Wah, bagus sekali pohon Natalnya,” ujar Mama yang tiba-tiba muncul dari dapur. Lukas tersenyum memandangi dekorasi pohon Natal hasil karyanya. “Siapa dulu dong yang buat, ya kan Pa?” ujarnya. “Hebat anak Mama, sebagai hadiah, Mama sudah buatkan kue,” kata mama. “Asyiik,” ucap Lukas kegirangan.

Malam Natal pun tiba, Lukas dan keluarga bersiap pergi ke Gereja. “Lukas, jangan lupa bawa Alkitabnya ya, Mama dan Papa menunggu di mobil,” ujar mama mengingatkan. “Iya, Ma,” kata Lukas.

Lukas mengambil Alkitab yang ia letakkan di laci kamar. Ia melihat sepasang kaus kaki itu lagi. “Kaus kaki ini bentuknya unik dan kayaknya aku nggak asing deh sama kaus kaki ini,” kata Lukas dalam hati.

Kemudian, sebuah ide melintas dipikirannya. Lukas mengambil kedua kaus kaki tersebut dan memasangnya di pohon Natal karena warnanya senada dengan hiasan yang lain. Setelah selesai memasang kaus kaki tersebut, Lukas pun segera menghampiri kedua orangtuanya.

Pulang dari Gereja, Lukas dan keluarga berkumpul di ruang tamu. “Lho, ini kenapa tiba-tiba ada kaus kaki di pohon Natal?” tanya papa. “Aku yang menggantungnya, Pa,” jawab Lukas. “Bagus kan?” kata Lukas lagi. “Darimana kamu mendapatkan kaus kaki tersebut, Nak?” tanya papa. “Aku menemukannya di gudang, Pa, tetapi aku lupa bilang sama Papa,” ujar Lukas. “Itu kan kaus kaki yang Papa belikan untuk kamu sewaktu kamu masih bayi, dan kamu suka sekali menggunakannya, tetapi kaus kaki itu hilang entah kemana,” terang papa. “Jangan-jangan, kaus kaki itu kaus kaki ajaib, Pa!” cetus Lukas.

Papa dan mama tertawa terbahak-bahak. “Kamu ada-ada saja, atau mungkin juga sinterklas yang menemukannya, lalu diletakkan di bawah bantalmu,” ucap Papa. Dan sekarang, giliran Lukas yang tertawa.

 

Cerita: JFK     Ilustrasi: JFK

 

You may also like
Latest Posts from Majalahjustforkids.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *