Kalian mungkin masih ingat saat berusia balita (di bawah lima tahun) dan sering diajak Mama untuk pergi ke posyandu. Di posyandu, kalian ditimbang, diukur tingginya, diberi vitamin, dan terkadang disuntik imunisasi. Semuanya dicatat di dalam buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) yang kalian miliki.
Nah, ternyata, Buku KIA itu sangat penting, lho, Kids. Sebab, berisi berbagai informasi tentang perjalanan kesehatan kalian mulai dari dalam kandungan hingga berusia 5 tahun. Hal itu juga ditegaskan oleh Kementerian Kesehatan yang menetapkan bahwa buku kesehatan ibu dan anak (Buku KIA) menjadi satu-satunya alat pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil, melahirkan, dan selama nifas hingga bayi yang dilahirkan berusia 5 tahun, termasuk pelayanan imunisasi, gizi, tumbuh kembang anak, dan KB (SK Menkes Nomor 284/Menkes/SK/III/2004).
Meski telah ditetapkan, namun menurut Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, dr. Kirana Pritasari, MQIH, hingga saat ini, komitmen dalam pemanfaatannya di masyarakat masih belum sesuai harapan, sehingga perlu penguatan terutama kelengkapan pengisiannya oleh petugas kesehatan, kader, dan orangtua. “Buku KIA sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak, karena berisi informasi kesehatan, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan meliputi imunisasi, gizi seimbang, dan Vitamin A,” ujarnya.
Dan kini, Buku KIA tidak saja digunakan untuk kesehatan, tetapi juga sudah terintegrasi/menyatu dengan sektor lain, di antaranya; surat keterangan lahir untuk mempermudah mendapatkan akte, buku pegangan pendamping Program Keluarga Harapan, sebagai media pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak di PAUD, Bina Keluarga Balita, dan lain-lain. Kalian mungkin juga pernah dengar adanya anjuran bahwa para siswa yang mau masuk Sekolah Dasar (SD) harus memiliki catatan imunisasi yang lengkap dan itu dibuktikan dengan Buku KIA tersebut.
Usia 6-12 Tahun
Ketika kalian sudah berusia di atas 5 tahun, ada lagi buku catatan kesehatan yang harus kalian miliki. Namanya “Buku Kesehatanku” untuk usia 6-12 tahun (siswa siswi SD). Nah, buku tersebut biasanya bisa kalian dapatkan di sekolah. “Walau belum semua sekolah bisa mendapatkannya, Buku Kesehatanku itu sudah kita bagikan ke sekolah-sekolah dasar sejak tahun 2015,” ujar dr. Eni Gustina, MPH., Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Buku itu juga berisi catatan perjalanan kesehatan kalian sejak kelas 1 hingga kelas 6 SD. Seperti tinggi dan berat badan, imunisasi yang didapatkan, pemeriksaan gigi ataupun kesehatan lainnya. Selain untuk siswa SD, Buku Kesehatanku juga ada yang untuk siswa SMP dan SMA. “Bahkan di negara Jepang, hadiah perkawinan dari orangtua untuk anaknya, ya Buku KIA dan Buku Kesehatanku. Itu sebagai bentuk pertanggungjawaban orangtua terhadap anaknya,” tandas dr. Eni.
Tanggung Jawab Bersama
Terjaminnya kesehatan anak-anak Indonesia tentu menjadi tanggung jawab kita bersama, ya, Kids. Usaha-usaha yang sudah dilakukan pemerintah saat ini juga tentunya tidak bisa berjalan sempurna jika tidak ada dukungan dari berbagai pihak.
Salah satunya adalah Nutrition International, sebuah organisasi global yang bertujuan utama memberikan intervensi gizi bagi mereka yang paling membutuhkan. “Berdiri sejak tahun 1992, di lebih dari 60 negara, terutama Asia dan Afrika, Nutrition International telah berhasil mendorong orang untuk menyehatkan hidup mereka,” ungkap DR. Sri Kusyuniati, Direktur Nutrition International Indonesia.